Sukses

Cegah Hoaks, Ini 4 Langkah yang Wajib Dikuasai Generasi Muda

Sebenarnya adalah tujuan dari penyebaran hoaks adalah untuk memancing reaksi emosional dari masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Akibat serangan virus COVID-19 dan penerapan lockdown di era pandemi, institusi pendidikan menghadapi tantangan untuk beralih ke pembelajaran online dengan cepat. Di era serbadigital ini, masyarakat dapat dengan mudah mengakses semua informasi yang tersebar di dunia maya.

Literasi digital memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mengembangkan keterampilan penting dalam pendidikan dan karier di masa depan. Namun, dengan peningkatan akses terhadap teknologi, kita juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga digital yang bijaksana dan terampil.

Sering kali kita merespons berita palsu dengan reaksi berlebihan, terutama jika kita memiliki sentimen yang kuat terkait topik tersebut. Ini sebenarnya adalah tujuan dari penyebaran hoaks, yaitu untuk memancing reaksi emosional dari masyarakat.

Penyebaran berita palsu selama pandemi COVID-19 telah menunjukkan betapa pentingnya melengkapi generasi muda dengan keterampilan kritis yang memungkinkan mereka untuk menilai informasi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, NewsWise telah mengembangkan pendekatan sederhana dengan empat langkah, yaitu berhenti, bertanya, periksa, putuskan.

Langkah pertama adalah berhenti sejenak sebelum kita bereaksi. Kemudian kita perlu mengajukan pertanyaan kritis seperti, dari mana asal informasi ini? Siapa yang membagikannya? Apakah ini berasal dari sumber berita terpercaya? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah kunci penting dalam mengembangkan keterampilan kritis.

Langkah kedua adalah bertanya dan mempertimbangkan konsekuensi dari informasi yang salah. Penting untuk kita bertanya, Bagaimana jika informasi palsu tersebut memicu kontroversi? Siapa yang mendapatkan keuntungan dari berita ini?  Apakah saya hanya melihat satu sumber atau sudut pandang? Apa yang akan terjadi jika informasi yang menyesatkan menjadi populer? 

 

 

2 dari 3 halaman

Selanjutnya

Langkah ketiga adalah memeriksa fakta berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Periksalah fakta dengan kritis dari banyaknya literasi digital yang dilakukan.

Langkah terakhir adalah memutuskan apakah informasi yang didapatkan benar-benar akurat atau hanya rumor. Dengan memperkaya pengetahuan melalui literasi digital, tentu akan menjadikan kita manusia yang terdidik dan percaya diri.

Solusi teknologi ini membantu kita mengidentifikasi berita palsu dan mengajarkan keterampilan kritis yang memungkinkan anak-anak untuk dapat membedakan antara fakta dan opini, serta mengenali bias. 

Selama pandemi ini, kesadaran terhadap keamanan dan kenyamanan online telah meningkat, namun kita juga harus fokus pada keterampilan kritis dalam menilai konten yang kita temui di dunia digital.

Memahami bagaimana menemukan informasi yang dapat dipercaya, menghindari materi yang menyesatkan, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang adalah kunci untuk menjadi warga digital yang cerdas dan terampil.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.