Sukses

Kurangnya Keterampilan Digital Jadi Tantangan Ruang Data Kesehatan Eropa

Kurangnya keterampilan digital dapat menyebabkan masyarakat Eropa tidak mampu merasakan manfaat yang ditawarkan oleh layanan kesehatan yang lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta - European Health Data Space (EHDS) atau ruang data kesehatan Eropa merupakan usulan dari Komisi Eropa dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam mengelola data kesehatan mereka. Selain itu juga untuk meningkatkan layanan kesehatan , dan mendukung penelitian medis.

Namun, tantangan besar terletak pada kurangnya keterampilan digital dasar yang dimiliki oleh sekitar 42% penduduk Eropa.

Walaupun beberapa upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan literasi digital, organisasi Aliansi Kesehatan Masyarakat Eropa (EPHA) mengingatkan, tindakan lebih lanjut perlu dilakukan, terutama terkait dengan implementasi EHDS.

"Memiliki akses ke teknologi tanpa pemahaman tentang cara menggunakannya tidak akan memungkinkan pasien untuk mengelola catatan kesehatan elektronik mereka atau membuat keputusan tentang berbagi data kesehatan," tulis EPHA.

Dengan kata lain, kurangnya keterampilan digital dapat menyebabkan masyarakat Eropa tertinggal dan tidak mampu merasakan manfaat yang ditawarkan oleh layanan kesehatan yang lebih baik. Laporan dari WHO Eropa juga menemukan bahwa hanya 27 dari 53 negara di kawasan eropa memiliki kebijakan untuk mempertajam literasi kesehatan digital.

Seiring dengan digitalisasi yang semakin pesat di sektor kesehatan, kesenjangan dalam kesehatan dapat semakin mengkhawatirkan. Untuk mengatasi tantangan ini, investasi, inovasi, dan inklusi yang lebih besar dalam kesehatan digital sangatlah penting.

Salah satu solusi adalah memastikan ketersediaan akses internet yang cepat dengan harga terjangkau, perlindungan data kesehatan yang kuat, serta pengembangan alat-alat kesehatan digital yang intuitif dan mudah digunakan.

2 dari 3 halaman

Manfaatkan Perangkat dan Layanan Kesehatan

Dalam upaya untuk mencapai transformasi digital dalam sektor kesehatan, penting untuk mengatasi kesenjangan ini dan memastikan bahwa masyarakat, terutama mereka yang memiliki keterbatasan keterampilan digital, dapat memanfaatkan perangkat dan layanan kesehatan digital dengan baik. Hal ini menjadi langkah penting menuju perubahan positif dalam layanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan yang sering menghadapi tantangan dalam hal akses yang cenderung terbatas.

Memperhatikan tingkat literasi digital dalam sistem kesehatan, ada langkah-langkah yang harus diambil, seperti melibatkan mereka yang mungkin tidak terbiasa dengan teknologi digital dalam proses pembangunan.

Menurut Manuel Pizarro, Menteri Kesehatan Portugal, mungkin diperlukan upaya yang lebih intensif untuk secara aktif melibatkan masyarakat, berkolaborasi dalam pengembangan sistem, dan mendengarkan kebutuhan serta harapan mereka. Pizarro menyampaikan pandangannya dalam acara yang dihadiri oleh rekan-rekan dari Belanda, Yunani, dan Armenia yang diselenggarakan oleh WHO.

Ernst Kuiper, Menteri Kesehatan Belanda, juga berpendapat bahwa menjadikan pasien sebagai elemen sentral dalam pengembangan solusi kesehatan digital adalah bagian tak terpisahkan dari pendekatan cerdas dalam mengadopsi kesehatan digital. Kuiper menyoroti bahwa pendekatan ini dapat mengurangi beban biaya yang besar dalam layanan kesehatan dan secara signifikan mengurangi tugas administratif bagi para tenaga kesehatan.

Bagi para tenaga kesehatan di Eropa, pengurangan tugas administratif tentunya merupakan suatu kabar baik. Selain itu, alat-alat digital juga memiliki potensi untuk memberikan keuntungan di daerah-daerah dengan keterbatasan sumber daya medis.

Selain itu, kesehatan digital juga dapat mendorong pemeriksaan kesehatan yang tepat waktu, sehingga dapat mengurangi tekanan pada sistem layanan kesehatan.

Yunani adalah contoh keberhasilan, di mana data awal menunjukkan bahwa penggunaan resep digital untuk pemeriksaan kanker payudara telah meningkatkan tingkat partisipasi dalam skrining dibandingkan dengan penggunaan metode tradisional berbasis kertas.

Eirini Agapidaki, Menteri Kesehatan pengganti Yunani, menekankan bahwa dengan bantuan alat-alat digital, masyarakat akan lebih mudah untuk mengikuti program pencegahan dan menjalani pemeriksaan kesehatan secara tepat waktu.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.