Sukses

Peran Keluarga Krusial dalam Meningkatkan Literasi Digital Lansia

Lansia sering kali tidak dilibatkan dalam perkembangan dunia digital, yang menyebabkan literasi digital mereka rendah sehingga rentan menjadi sasaran penipuan online.

Liputan6.com, Jakarta - Literasi digital menjadi semakin penting bagi para lansia. Namun sayangnya, mereka sering kali tidak dilibatkan dalam perkembangan dunia digital. Kurangnya pengetahuan mereka membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi penipuan online.

Dilansir dari The Star Malaysia, dilaporkan bahwa setidaknya RM 2 miliar hilang karena penipuan keuangan di Malaysia antara tahun 2019 dan 2022. Bulan lalu, seorang lansia berusia 62 tahun di Malaysia kehilangan RM. 1,4 juta ketika dia menjadi korban penipuan melalui telepon.

Dosen senior Universiti Sains Malaysia (USM), Dr. Tan Yun Yi, mengatakan bahwa meskipun media dan pihak berwenang telah memainkan peran mereka dalam menciptakan kesadaran akan penipuan online, anggota keluarga tetap memiliki peran penting dalam mencegah hal ini terjadi pada lansia di keluarga mereka.

"Anggota keluarga menghabiskan lebih banyak waktu bersama dan memiliki hubungan yang lebih saling percaya untuk mendidik dan mempersiapkan para lansia di dunia digital," kata Tan.

Ia menambahkan bahwa ada beberapa cara untuk mengedukasi dan memberikan kesadaran secara efektif kepada para lansia, salah satunya adalah dengan memberi tahu bahwa mereka masih bisa menjadi korban penipuan.

Anggota keluarga juga harus menjelaskan, di era digital seperti saat ini, penipuan online bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang kelompok usia.

"Penting juga untuk memberi tahu mereka bahwa mereka masih bisa menjadi korban penipuan meskipun mereka memiliki pengetahuan tentang penipuan, dan itu bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang kelompok usia," kata Tan, yang juga mendirikan Silver Lab, senior workshop teknologi di USM.

Sementara itu, Manajer Operasional Hunian Lansia Domitys Bangsar Kuala Lumpur, Genevieve Willie, mengatakan bahwa anggota keluarga juga dapat membantu para lansia dengan membuat akun yang aman dengan kata sandi yang kuat.

"Mereka juga harus menyarankan para lansia untuk tidak pernah membagikan informasi pribadi atau rincian keuangan kepada siapa pun," katanya menambahkan.

Lansia yang Skeptis

Tan mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pengalaman online para lansia. Mulai dari keterbatasan fisik (penglihatan yang kurang baik), kecemasan, akses internet yang tidak stabil, dan preferensi mereka terhadap interaksi manusia.

Faktor-faktor inilah yang juga menyebabkan beberapa lansia skeptis dengan kemajuan teknologi.

Beberapa lansia juga lebih menyukai tanda terima fisik dan berinteraksi dengan manusia. Dengan kasus seperti ini, anggota keluarga dapat menjelaskan kepada lansia bahwa pengurangan tanda terima fisik dilakukan untuk membantu lingkungan dengan menghemat kertas.

Sikap skeptis para lansia terhadap kemajuan teknologi terkadang membuat mereka menyerahkan segala urusan, seperti bank digital kepada anggota keluarga lain yang lebih muda.

2 dari 4 halaman

Penyedia Layanan Memberikan Pilihan Kepada Lansia

Ketergantungan total terhadap teknologi di segala aspek bisa menjadi bencana. Oleh sebab itu, penyedia layanan harus memberikan pilihan kepada para lansia untuk bertransaksi secara online maupun offline.

Tan setuju bahwa keseimbangan yang baik antara interaksi digital dan non-digital dapat memberikan fleksibilitas bagi konsumen untuk memilih mana yang paling sesuai dengan situasi mereka.

Namun, dalam situasi di mana tidak ada pilihan seperti itu, ia mengatakan bahwa penyedia layanan harus mempertimbangkan untuk menyediakan dukungan pelanggan yang kuat dan sumber daya yang cukup bagi para lansia untuk mempelajari cara menggunakan layanan online tersebut.

"Berdasarkan pengalaman saya bekerja dengan para lansia, saya melihat bahwa mereka menghargai aspek sosial dari transaksi tatap muka dan menawarkan pilihan untuk memastikan inklusivitas semua kelompok usia," kata Genevieve.

3 dari 4 halaman

Kolaborasi untuk Menutup Kesenjangan

Menurut Tan, ada tiga tingkat kesenjangan digital. Tingkat pertama melihat masalah aksesibilitas seperti akses ke internet dan perangkat teknologi. Tingkat kedua adalah keterampilan dan pengetahuan digital individu.

Sedangkan, tingkat ketiga adalah dampak aktual yang disebabkan oleh berbagai tingkat akses dan penggunaan sumber daya digital.

"Menutup kesenjangan digital yang masih abu-abu ini dapat dicapai melalui implementasi kebijakan, program, dan alat yang ditujukan untuk inklusi digital," ujarnya.

Oleh sebab itu, diperlukan program-program yang dapat mendorong kohesi sosial, interkasi yang bermakna, serta pemahaman dan toleransi yang lebih baik antar-generasi.

Genevieve Willie mengatakan bahwa untuk menjembatani kesenjangan tersebut, para lansia harus didorong untuk tetap terhubung secara online sambil tetap menghargai preferensi mereka untuk berinteraksi secara langsung.

Inisiatif kolaborasi antara komunitas literasi digital dengan organisasi yang melayani lansia menjadi salah satu solusi yang dapat mengatasi kesenjangan ini.

"Inisiatif komunitas tentang literasi digital dan kolaborasi dengan organisasi yang melayani lansia juga akan membantu," katanya.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.