Liputan6.com, Jakarta - Bolvia, menjadi salah satu negara yang kesenjangan digitalnya masih sangat mencolok. Hal ini berdasarkan hasil konferensi PBBÂ pada Maret 2023 lalu. Dalam konferensi PPB tersebut disebutkan bahwa kesenjangan digital antara negara-negara maju dan berkembang sangat tampak terasa, satu di antaranya di Bolivia.
Dilansir dari equaltimes.org, sebanyak 390 juta manusia di dunia ini tidak terhubung ke ruang digital. Padahal di era sekarang, teknologi seolah hidup bersamaan dengan manusia. Namun, tetap saja kesenjangan digital masih menjadi isu darurat yang harus segera diatasi.
Advertisement
Baca Juga
Satu dekade lalu, Bolivia telah membuat Undang-Undang Umum tentang Teknologi Telekomunikasi Informasi dan Komunikasi. Namun nyatanya, hak akses teknologi komunikasi kepada masyarakat Bolivia belum terlaksanakan dengan sempurna.
"Kurangnya keterampilan digital di sektor pendidikan akan menciptakan kesenjangan yang lebih besar," kata Eliana Quiroz, pendiri dan anggota Fundación Internet Bolivia, dilansir dari equaltimes.org, Rabu (25/10/2023).
Quiroz menyatakan bahwa kesenjangan digital sangat berdampak di daerah pedesaan Bolivia, sebab 70 persen koneksi internet terkonsentrasi di daerah perkotaan.
Akses internet yang relatif mahal jadi faktor yang melahirkan kesenjangan digital antara masyarakat perkotaan dan perdesaan di Bolivia.
Berdasakan sebuah laporan dari Fundación Internet Bolivia, 9 dari 10 rumah tangga berpenghasilan tinggi memiliki koneksi internet cepat di rumah selama Pandemi COVID-19. Sementara, 1 dari 10 rumah tangga berpenghasilan rendah memiliki akses internet di rumah selama COVID-19.
Di antara semua perubahan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi, ketidaksetaraan struktural dalam pendidikan merupakan ancaman serius terhadap hak-hak kaum muda karena tidak hanya berdampak pada masa kini, tetapi juga akan mempengaruhi kehidupan masa depan bangsa.
Diskriminasi Golongan di Dunia Digital
Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam upaya mengatasi kesenjangan digital adalah tingkat kekerasan digital yang tidak merata terhadap pria dan wanita.
"Ketika kita berbicara tentang pidato kebencian, penyebaran disinformasi, atau momen penting dalam politik, wanita seringkali menjadi target utama kekerasan digital," ujar Verónica Rocha, petugas komunikasi di Oxfam Bolivia.
Ketidaksetaraan ini bisa dilihat ketika mereka tidak bebas menyampaikan pendapatnya di dunia digital. Hal ini mengakibatkan perasaan takut dan khawatir yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan mereka dalam mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan keterlibatan dalam dunia digital.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.