Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap penyalahgunaan teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan yang berpotensi marak digunakan menjelang Pemilu 2024.
Ketua Umum ISKI, Dadang Rahmat Hidayat, mengatakan AI adalah sarana yang dibuat oleh manusia. Untuk itu, pemakaiannya dapat disesuaikan dengan berbagai kepentingan, dari yang positif hingga negatif.
“AI ini sebagai alat, sarana yang dibuat manusia. Bisa dipakai untuk apapun, untuk kebaikan atau manipulasi untuk berbagai kepentingan tertentu,” ujarnya dikutip dari Antara, Rabu (08/11) usai pembukaan Konferensi Komunikasi Internasional bertemakan “Artificial Intelligence and The Future Communication”.
Advertisement
Dadang mengakui, AI dapat disalahgunakan untuk kepentingan tertentu dari berbagai bidang, seperti kepentingan ekonomi ketika terjadi persaingan usaha maupun politik di momentum menjelang pemilu seperti sekarang ini.
Ia juga mencontohkan pidato Presiden Jokowi dalam bahasa Mandarin yang sempat beredar di internet sebagai penyalahgunaan kecerdasan buatan untuk kepentingan politik. Video tersebut merupakan video manipulasi yang dibuat dengan teknologi deepfake.
“Berbagai damage bisa dibuat oleh AI, seperti soal pidato Presiden (Jokowi) yang dibuat berbahasa Mandarin. Itu tingkatannya bukan dasar lagi, tapi sudah middle ya,” jelasnya.
Sehubungan dengan maraknya penggunaan teknologi AI, Dadang mengatakan, literasi, kesadaran bersama, serta pemahaman terkait perkembangan teknologi tersebut sangat diperlukan. Dengan semakin canggihnya teknologi ini, terdapat kemungkinan penggunaannya tidak terlacak sebagai manipulasi.
“Artinya, tidak terdeteksi bahwa itu adalah manipulasi AI. Bisa, sangat mungkin, dan mungkin yang bisa mendeteksinya adalah AI juga. Sangat mungkin AI versus AI, kan pengembangan,” imbuhnya.
Di sisi lain, menurutnya, banyak masyarakat yang mungkin belum memahami apa sebenarnya kecerdasan buatan dan apa saja dampak positif dan negatif yang bisa ditimbulkan oleh teknologi tersebut.
“Banyak masyarakat, jangankan AI, bicara terpaan media konvensional saja ada yang tidak (paham), kan disparitas memang. Mulai (media) tradisional, konvensional, digital, dan sekarang terbarukan. Contohnya AI,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa kemanusiaan harus diutamakan menjadi sebuah prinsip dalam pengembangan teknologi AI sebagai teknologi yang berasal dari manusia, dibuat oleh manusia, dan digunakan untuk kepentingan manusia.
“Teknologi itu kan ‘from human, by human, and for human’, perlu ditambahkan ‘for human and the humanity’. Kemanusiaan. Politik, misalnya, kalau ada ‘humanity’, tidak akan ada manipulasi,” imbuhnya.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement