Sukses

Cek Fakta: Tidak Benar Penyebaran Nyamuk Wolbachia untuk Membentuk Genetik LGBT di Masyarakat

Beredar di media sosial postingan yang menyebut penyebaran nyamuk Wolbachia untuk membentuk genetik LGBT di masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan yang menyebut penyebaran nyamuk Wolbachia untuk membentuk genetik LGBT di masyarakat. Postingan itu beredar sejak tengah pekan ini.

Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 15 November 2023.

Berikut isi postingannya:

"Penyebaran nyamuk wolbachia adalah misi bill gates sebagai bapak LGBT sedunia,utk membentuk genetik LGBT melalui nyamuk tsb,yg mana Wolbachia berasal dari lalat drosophila,manusia akan jd vektor mekanik penyebar kerusakan genetik laki2 feminim.Mereka itu antek dajjal, kalau mereka bilang baik, padahal itu adalah buruk. Jngan mau di bodohi dengan mereka...emang mereka pikir siapa mereka."

Lalu benarkah postingan yang menyebut penyebaran nyamuk Wolbachia untuk membentuk genetik LGBT di masyarakat?

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan menghubungi Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi. Ia menyebut klaim dalam postingan itu tidak benar.

"Klaim dalam postingan itu hoaks. Tidak ada hubungan antara nyamuk Wolbachia dengan LGBT," ujar dr Nadia saat dihubungi Kamis (16/11/2023).

"Saat ini program penyebaran nyamuk wolbachia terus dijalankan sesuai tahapan yakni di Bontang, Semarang, Kupang, Jakarta Barat, dan Bandung. Sementara di Bali masih dalam tahap sosialisasi, di sana kerjasama antara Pemda Bali dan World Mosquito Program," ujarnya menambahkan.

Di sisi lain Wolbachia sendiri adalah bakteri yang dapat tumbuh alami diserangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk aedes aegypti. Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue, sehingga apabila ada nyamuk aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue akan resisten sehingga tidak akan menyebar ke dalam tubuh manusia.

Dr Nadia sendiri menjelaskan kajian analisis risiko penelitian pengendalian dengue dengan teknologi wolbachia, khususnya di Yogyakarta telah dilakukan pada tahun 2016.

Kajian risiko ini difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang), Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek BRIN) -- sebelumnya Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) -- dalam rangka menindaklanjuti amanat pertemuan pemangku kepentingan nasional pada 12 Februari 2016.

Kemenristek bersama Balitbangkes Kemenkes telah membentuk tim pakar inti independen yang beranggotakan lima orang yang ditugaskan untuk melakukan kajian analisis risiko. Tim inti ini berasal dari berbagai latar belakang.

"Tim kajian wolbachia juga melibatkan 19 orang pakar independen lainnya yang berasal dari kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat, dan kementerian," kata Nadia.

Siti Nadia Tarmizi menerangkan hasil kajian risiko yang dilakukan oleh tim pakar independen untuk penelitian teknologi Aedes aegypti ber- Wolbachia.

"Hasilnya itu menunjukkan bahwa teknologi wolbachia ini masuk pada risiko sangat rendah, di mana dalam 30 tahun ke depan peluang peningkatan bahaya (cause more harm) dapat diabaikan (negligible)," ujarnya.

Sumber:

https://www.liputan6.com/health/read/5454238/kontroversi- penyebaran-nyamuk-wolbachia-di-bali-begini-respons-kemenkes? page=4

https://www.liputan6.com/health/read/5454096/kemenkes-ri-angkat- bicara-soal-nyamuk-wolbachia-yang-berpotensi-bikin-virus- bermutasi?page=3

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis- media/20231113/5944254/inovasi-wolbachia-efektif-turunkan-kasus- dbd/

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220722/3340692/wol bachia-inovasi-baru-cegah-penyebaran-dbd/

https://indonesia.go.id/kategori/editorial/7193/wolbachia-lumpuhkan- virus-dengue-di-tubuh-nyamuk?lang=1

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Postingan yang menyebut penyebaran nyamuk Wolbachia untuk membentuk genetik LGBT di masyarakat adalah tidak benar.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.