Liputan6.com, Jakarta - Masa kampanye Pemilu 2024 telah dimulai pada 28 November 2023. Ujaran kebencian dan isu-isu hoaks menjadi ancaman yang harus diwaspadai pada periode ini.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menjelaskan, hoaks dan ujaran kebencian yang beredar, terdapat sebuah pola tujuan yang berulang, yakni untuk menjatuhkan satu pasangan calon sambil mengangkat citra pasangan lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Untuk itu, Emrus menyampaikan, para pasangan capres-cawapres dapat mengambil peran dalam mengatasi isu-isu tersebut dengan cara membela sesama pesaingnya.
Menurutnya, paslon yang diuntungkan dalam suatu isu yang sedang beredar dapat mengambil sikap dengan menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan isu tersebut dan menyatakan bahwa mereka ingin menang dengan persaingan yang sehat, dan bukan dengan cara seperti itu.
"Artinya mereka saling membela, kan begitu. Kalau itu mereka lakukan dengan baik, secara efektif, saya kira isu tentang hoaks, hate speech (ujaran kebencian), akan layu sebelum berkembang," ujar Emrus dikutip dari Antara, Selasa (28/11/2023). Â
Hoaks dan ujaran kebencian adalah sebuah sikap tidak terpuji, karena merupakan sebuah tindakan komunikasi yang dapat merusak berbagai aspek, seperti nilai, norma, dan moral, bahkan berpotensi merusak persatuan bangsa.
Ia menilai, pencegahan penyebaran hoaks dan ujaran kebencian menjadi sebuah tanggung jawab moral dan etika bagi setiap pasangan calon.
Oleh sebab itu, ia menyarankan sebuah komunikasi non-verbal, seperti bertemu di warung kopi atau warteg, menjadi hal yang perlu dilakukan. Dengan begitu, antar pasangan calon dapat menunjukkan kekompakkannya meski sedang bersaing satu sama lain.
Hal tersebut menurutnya menjadi sebuah upaya yang lebih baik dibandingkan dengan hanya berdiam diri atau bersikap netral dan tidak melakukan pembelaan apapun. Sikap tersebut sama saja dengan secara tidak langsung ikut menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian di tengah masyarakat.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement