Liputan6.com, Jakarta - Masa Kampanye Pemilu 2024 sudah dimulai sejak Selasa 28 November 2023 . Isu hoaks dan misinformasi diprediksi masih akan muncul saat kampanye. Ditambah lagi kehadiran Artificial Intelligence (AI) memicu penyalahgunaan teknologi yang berujung hoaks politik.
Baru-baru ini, muncul di jagat maya video deepfake Jokowi berpidato menggunakan Bahasa Mandarin. Tak hanya itu, Prabowo juga ikut terseret video deepfake yang menunjukkan dirinya sedang berpidato dengan Bahasa Arab.
Advertisement
Baca Juga
Ini adalah contoh kekuatan teknologi yang disalahgunakan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab untuk memperburuk situasi politik dan menjatuhkan lawan politik.
Ketua Siberkreasi dan Co-founder ICT Watch, Donny B.U berpendapat bahwa motif dari perilaku menyimpang ini dilatarbelakangi oleh dua alasan, yakni motif politik dan motif ekonomi.
"Tujuannya untuk menganggu kredibilitas dari calon-calon yang lain atau yang kedua mengganggu stabilitas dari proses Pemilu itu sendiri, itu motif besarnya. Kalau pelaku operatornya ya motifnya bisa sederhana, motif ekonomi saja gitu," ujar Donny dalam acara Virtual Class dengan tema 'Hoaks Politik Menggunakan AI Mengancam, Bagaimana Menangkalnya?' pada Rabu 29 November 2023.
Donny mengatakan bahwa televisi dan media sosial berperan besar dalam menyebarluaskan informasi pemilu kepada masyarakat, tetapi sayangnya lebih dari 65 persen masyarakat mengaku sulit mengidentifikasi berita palsu.
"Hal ini tentu menjadi kekhawatiran bagi kita semua yang perlu ditanggulangi demi keberlangsungan Pemilu Damai 2024," ucap dia.
Donny menyatakan bahwa regulasi saja tidak cukup dalam mencegah hoaks politik bertebaran di jagat maya. Perlu kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan kritis dalam merespon hoaks pada Pemilu 2024.
"Inilah pentingnya literasi digital, perlu keberlanjutan dengan membangun mindset dan membangun critical thinking. Hoaks itu virus dan akan selalu ada, jadi buat diri kita kebal dengan critical thinking," tutur Donny.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement