Sukses

Kecanggihan Deepfake Jadi Ancaman Serius Arus Informasi

Perkembangan teknologi deepfake yang semakin canggih menjadi ancaman serius yang dapat memporak-porandakan arus informasi.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria menyebut, teknologi kecerdasan buatan, khususnya deepfake, telah berkontribusi besar terhadap kekacauan informasi (information disorder).

Nezar mengatakan perkembangan teknologi deepfake yang semakin canggih saat ini mampu memanipulasi informasi dan membuat konten yang sulit dibedakan kebenarannya.

“Munculnya deepfake dengan pemakaian generatif AI saya kira telah berkontribusi besar terhadap information disorder atau kekacauan informasi,” ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (8/12/2023)

Kemampuan generatif AI saat ini, terutama dalam model bahasa multi-model, mampu memanipulasi data dan informasi dengan tingkat kecanggihan yang membahayakan.

Lebih lanjut, Wamen Nezar menjelaskan, deepfake dapat membuat konten dengan meniru gambar hingga suara menjadi sebuah konten utuh yang baru. Dengan begitu, teknologi ini menjadi ancaman serius yang dapat memporak-porandakan arus informasi.  

“Jadi, makin lama makin canggih. Sedemikian mengancamnya saya kira generatif AI ini bisa memporak-porandakan arus informasi yang kita terima,” imbuhnya.

Ia memberikan contoh manipulasi deepfake, yakni video viral yang menunjukkan Presiden Joko Widodo lancar berpidato dengan bahasa Mandarin.

“Misalnya Bapak Presiden bisa berbahasa Mandarin dengan sangat lancar, lalu besoknya muncul lagi berbahasa Arab dengan lancar. Itu salah satu bagaimana deepfake mencoba memanipulasi,” jelas Nezar.

Namun, meski memiliki dampak negatif dalam arus informasi, Nezar menekankan bahwa teknologi AI juga memberikan manfaat besar dalam berbagai sektor, seperti kesehatan dan transportasi.

Dengan kompleksitas dampak yang dimiliki AI, ia mengatakan pemerintah akan segera menerbitkan Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika Panduan Etika Kecerdasan Artifisial.

Surat edaran ini diharapkan bisa menjadi pedoman tata kelola penggunaan AI yang etis dan transparan.

“Jadi, pelaku usaha di situ, masyarakat biasa, dari desain, pengembangan, sampai penggunaannya nanti bisa mengacu kepada surat edaran etika kecerdasan artifisial ini,” pungkasnya.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.