Sukses

Waspada Hoaks Seputar Kesehatan, Simak Tips Berikut Agar Tak Terjebak

Banyak hoaks yang beredar seputar kesehatan berupa klaim tanpa dasar medis yang valid. Berikut tips mengenali dan menangkal hoaks seputar kesehatan agar tidak terjebak.

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks seputar kesehatan banyak beredar di media sosial, mulai dari berbagai teori konspirasi seperti yang banyak beredar terutama saat pandemi Covid-19, hingga klaim berupa cara atau tips yang tidak berbasis sains.

Akibatnya, banyak orang yang tidak mempercayai instrumen kesehatan seperti vaksin, bahkan klaim dari pakar dan otoritas kesehatan resmi.

Belum lagi penyalahgunaan teknologi seperti AI atau kecerdasan buatan yang berpotensi menghasilkan dan menyebarkan informasi yang keliru, baik berupa disinformasi maupun misinformasi.

Dokter emergensi medik di Philadelphia, Anish Agarwal mengatakan bahwa hal ini mengakibatkan orang makin sulit menyaring informasi seputar kesehatan.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak langsung mempercayai informasi seputar kesehatan yang tidak memiliki dasar ilmiah.

“Selalu waspada dengan life hack atau cara cara instan, penyembuhan cepat yang tidak berdasar dan tidak teruji (secara medis). Tanyakan validitasnya dengan dokter, lembaga kesehatan masyarakat, atau sumber-sumber lain yang terpercaya,” ungkap Agarwal dilansir dari The New York Times, Sabtu (16/3/2024).

Dalam kesempatan yang sama, peneliti senior di Pusat Kesehatan John Hopkins, Tara Kirk Sell juga mengatakan hal serupa.

“Hati-hati jika ada klaim kesehatan tanpa bukti. Informasi tersebut jangan-jangan cuma cari engagement, dilihat kredibilitas sumbernya,” kata Sell.

2 dari 3 halaman

Mengandung Polarisasi dan Catut Ahli Palsu

Profesor psikologi sosial di Cambridge, Sander van der Linden turut menjelaskan bagaimana cara mengenali hoaks seputar kesehatan. Umumnya, informasi tersebut akan mencatut ahli atau pakar palsu.

Sumber yang disertakan hanya dikatakan berasal dari ilmuan, ahli, atau pakar terkenal tanpa adanya penjelasan secara rinci latar belakang orang tersebut.

“Orang-orang membuat klaim kesehatan, tapi tidak punya kualifikasi medis, atau misalnya ada dokter yang membuat pernyataan tapi bukan dalam ranah keahliannya. Tidak mungkin kan, ingin periksa telinga tapi datangnya ke dokter jantung,” ujar Linden.

Linden menambahkan, informasi kesehatan yang terindikasi sebagai hoaks umumnya memiliki polarisasi dengan memainkan reaksi emosional masyarakat dan isinya cenderung menakut-nakuti.

Selain itu, untuk mengenali informasi hoaks seputar kesehatan juga bisa melalui gambar yang tertera.

“Biasanya gambar-gambar lama disajikan kembali, diklaim sebagai gambar baru, ada kutipan-kutipan yang dipotong tanpa menyesuaikan dengan konteks, memanipulasi data statistik dan mencantumkan grafik yang keliru,” imbuhnya menjelaskan.

Masyarakat diharapkan dapat selalu memastikan kebenaran informasi melalui sumber yang kredibel seperti situs-situs milik otoritas kesehatan berwenang, ahli kesehatan di bidangnya, atau merujuk pada penelitian-penelitian yang teruji oleh institusi akademik seperti universitas.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.