Liputan6.com, Jakarta - Dalam mewujudkan masyarakat cerdas di ruang digital dibutuhkan empat pilar literasi digital. Empat pilar tersebut sangat penting dijadikan sebagai pedoman dan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama ketika berada di ruang digital. Pilar-pilar tersebut antara lain adalah cakap, berbudaya, aman, dan etis bermedia digital.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Dinas Kementerian Komunikasi dan Informatika Kota Palangka Raya, Normalasari dalam acara Gali Ilmu Literasi Digital Palangka Raya yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) beberapa waktu lalu.
Advertisement
Baca Juga
"Literasi digital beserta empat pilarnya sangat penting agar masyarakat bisa lebih bijak dan cerdas dalam menggunakan internet," ujarnya dilansir dari Antara, (7/4/2024).
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Publik Dinas Kominfo Kota Palangka Raya, Hendra Surya juga menyampaikan materi serupa terkait pentingnya empat pilar literasi digital dalam menggunakan media sosial.
"Indonesia merupakan negara multikultural, maka penting bagi kita melandasi dengan pilar etika literasi digital agar tidak ada benturan dikarenakan perbedaan budaya, rasis dan bisa saling menghargai di ruang digital," ucap dia.
Hendra juga mengimbau bahwa perkembangan internet membuat diseminasi informasi yang ada di ruang digital juga membuat masyarakat perlu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan objektif.
"Orang yang kritis tidak berpikir secara cepat dan gegabah, melainkan masih perlu banyak pertimbangan. Begitu mendapatkan informasi orang yang berpikiran kritis akan lebih mencari sumber lagi dan menginginkan mendapatkan informasinya yang objektif," katanya menambahkan.
Koordinator Divisi Partnership Tular Nalar Mafindo, Erie Heriyah juga turut mengingatkan masyarakat agar waspada dengan hoaks yang dihasilkan dari teknologi AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan dan mendorong agar mencari sumber yang valid sebelum mempercayai suatu informasi.
"Dari hal tersebut orang bisa membuat atau menirukan wajah bahkan suara yang bisa disalahgunakan," tuturnya.
Erie menambahkan, masyarakat perlu berhati-hati karena dampak dari seseorang yang termakan hoaks, kemampuan bernalarnya akan terganggu.
Perlu Ketelitian Agar Tidak Terpancing Hoaks
Erie menjelaskan bahwa hoaks dapat mengarah pada misinformasi dan disinformasi. Misinformasi merupakan hoaks yang dalam kondisi ini seseorang menjadi pelaku penyebarannya, tetapi disebabkan oleh ketidaktahuan bahwa informasi tersebut keliru.
"Ada juga pihak yang kemudian mengetahui bahwa berita itu tidak benar akan tetapi lanjut menyebarkan berita itu, hal itu dapat disebut dengan disinformasi," kata Erie.
Umumnya, baik hoaks berupa misinformasi maupun disinformasi keduanya seringkali mengandung judul yang provokatif. Oleh karena itu, Erie mengimbau agar masyarakat selalu teliti dalam mencerna suatu informasi supaya tidak mudah terpancing.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.