Liputan6.com, Jakarta-- Kecerdasan Buatan (AI) dapat membawa perubahan yang menguntungkan dalam masyakarat, seperti peningkatan tingkat akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan yang lebih baik dan peningkatan produktivitas. Sekalipun AI memiliki kelebihan, terdapat konsekuensi etika dan sosial yang signifikan yang perlu dipertimbangkan, seperti privasi, keamanan, perpindahan pekerjaan dan gangguan informasi.
Ketika individu tidak dapat membedakan antara AI dan kenyataan, masalah akan muncul termasuk kemungkinan misinformasi. Alternatifnya, ketika konten AI yang dibuat dengan sengaja digunakan untuk menipu orang, hal tersebut disebut disinformasi.
Baca Juga
Para Ahli telah menyatakan keprihatinannya mengenai prevalensi konten yang dihasilkan AI dan pola-pola baru yang akan memainkan konten tersebut pada tahun 2024.Â
Advertisement
Disinformasi dan Misinformasi Pemilu
Sama seperti kita melihat disinformasi dan misinformasi yang terjadi pada pemilu di Nigeria tahun 2023, Pakar disinformasi dan AI telah memperkirakan AI untuk misinformasi dan disinformasi, akan menimbulkan ancaman terhadap pemilu dan demokrasi di tahun 2024.
Karena aktor-aktor jahat akan semakin banyak menggunakan AI generatif untuk melakukan hal yang sama. Penyebaran disinformasi seperti ini akan berdampak bagi negara-negara di dunia, yang menantikan pemilu mereka di tahun 2024.
Advertisement
Penipuan dan Peniruan Kloning Suara
Selain menggunakan konten generatif AI untuk memperkuat informasi yang salah, penipu juga merancang metode baru dalam menggunakan konten generatif AI untuk menipu uang orang-orang.
Jika dulu penipu menelepon dan berpura-pura menjadi kerabat atau teman untuk memeras korbannya, sekarang justru telah melangkah lebih jauh. Karena sekarang penipu menggunakan AI, untuk mengkloning suara individu guna menipu korbannya.
Hal ini juga terjadi di media sosial, karena banyaknya penipu kini menggunakan gambar wanita dan teks yang dibuat oleh AI, untuk mencuri uang dari orang-orang di aplikasi kencan dan media online.
Penindasan Siber dan Pelecehan Siber dengan AI
Penindasan dunia maya dan pelecehan dunia maya sering kali diwujudkan dalam bentuk berita palsu. Mereka menggunakan taktik seperti rumor, post-truth, kebohongan dan terkadang informasi palsu. Politisi, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat, sering kali menjadi korban perundungan siber.
Penindasan di dunai maya, mungkin akan mengalami perubahan yang berbeda pada tahun 2024, karena alat yang didukung AI sudah digunakan oleh para troll media sosial untuk memperbesar pesan-pesan kasar mereka, dan lebih siap menargetkan orang-orang yang mudah sensitif.Â
AI mengintensifkan perundungan siber dengan membuat konten palsu yang realsitis, sehingga menimbulkan ancaman yang lebih besar terhadap individu muda dan keluarga mereka.
Meskipun digunakan oleh pelaku kejahatan untuk melakukan penindasan di dunia maya, alat AI juga dapat digunakan untuk mencegah penindasan maya, dengan mendeteksi dan memperbaiki beberapa bentuk penindasan, untuk mengurangi dampak berbahaya dari penindasan maya tersebut, di forum online, aplikasi media sosial dan situs web.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun , tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.