Liputan6.com, Jakarta - Empat negara Asia Tenggara, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia telah menjadi negara mitra BRICS, kelompok ekonomi negara berkembang yang baru saja menggelar KTT di Kazan, Rusia.
Dikutip dari as-coa.org, BRICS merupakan akronim yang merujuk pada kumpulan negara-negara yakni Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa (Afrika Selatan). Wacana pembentukan BRICS pertama kali diusulkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela Sidang Umum PBB di New York pada 2006.
Advertisement
Baca Juga
Ketika itu, Rusia mengajak Brasil, Rusia, India, dan China untuk membentuk kelompok kemitraan antarnegara sebagai reaksi terhadap ancama krisis global.
Pertemuan kepala negara BRIC pertama berlangsung pada bulan Juni 2009 di Yekaterinburg, Rusia. Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin membahas pentingnya menciptakan sistem moneter internasional yang lebih beragam, dengan berkurangnya ketergantungan pada dolar sebagai mata uang cadangan global.
KTT kedua diadakan pada tahun berikutnya di Brasil, dan dihadiri oleh Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma. Ketika itu, para pemimpin negara yang hadir membahas topik program nuklir Iran dan pentingnya kerja sama di bidang energi dan ketahanan pangan.
Pada Desember 2010, Afrika Selatan secara resmi diundang menjadi anggota kelima grup tersebut. BRIC secara resmi menjadi BRICS pada pertemuan puncak ketiga di Hainan, China pada April 2011.
Pada April 2012, KTT keempat diadakan di New Delhi, India. Ketika itu para kepala negara menyerukan perluasan hak suara di Dana Moneter Internasional (IMF). Para delegasi juga mulai mempertimbangkan bank pembangunan alternatif yang dipimpin BRICS, sebuah proposal yang secara resmi disetujui pada pertemuan puncak kelima di Afrika Selatan pada Maret 2013.
Pada Juli 2014, KTT BRICS keenam diadakan di Fortaleza, Brasil. Para pemimpin negara BRICS menandatangani perjanjian untuk mendirikan bank pembangunan dan kumpulan cadangan mata uang. Diskusi juga menyinggung kurangnya reformasi yang dilakukan IMF untuk memastikan keterwakilan yang lebih besar dari negara-negara berkembang, serta pembangunan berkelanjutan.
Dilansir dari Antara, keanggotaan blok kerja sama strategis ini sekarang telah diperluas dengan mencakup Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab yang bergabung pada Desember 2023. Namun kelompok tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS. Populasi penduduk BRICS secara akumulasi mencakup 43 persen populasi dunia, dengan total nilai perdagangannya mencapai 16 persen perdagangan global. Selain itu, BRICS juga menyumbang seperempat dari ekonomi global dan mencakup seperlima dari perdagangan dunia.
Dikutip dari laman Council on Foreign Relation, BRICS punya tujuan untuk mengoordinasikan dan memuluskan kerja sama ekonomi negara-negara berkembang. Hal ini untuk meningkatkan produktivitas ekonomi negara-negara tersebut agar sejajar dengan negara-negara maju.
Namun, bertambahnya keanggotaan juga membawa tantangan baru, termasuk meningkatnya penolakan dari negara-negara Barat dan perpecahan di dalam blok tersebut. Para ahli mengatakan bahwa cara anggota BRICS mengatasi ketegangan tersebut akan menentukan apakah kelompok tersebut dapat menjadi suara yang lebih bersatu di panggung global.
Dilansir dari Antara, dalam KTT BRICS 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengundang 36 pemimpin dunia dari sejumlah negara. Melansir media Sosial X dari @BRICSInfo, berikut daftar negara yang hadir sebagai peserta KTT BRICS 2024 di Rusia:
- India
- Cina
- Rusia
- Brasil
- Mesir
- Ethiopia
- Iran
- Arab Saudi
- Afrika Selatan
- Uni Emirat Arab
- Armenia
- Azerbaijan
- Bahrain
- Bangladesh
- Belarus
- Bolivia
- Kongo
- Kuba
- Indonesia
- Kazakhstan
- Kirgistan
- Laos
- Malaysia
- Mauritania
- Mongolia
- Nikaragua
- Serbia
- Sri Lanka
- Tajikistan
- Thailand
- Turkiye
- Uzbekistan
- Venezuela
- Vietnam
- Turkmenistan
- Palestina
Indonesia Bakal Gabung BRICS, Menlu Sugiono: Sudah Mulai Proses
Indonesia telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan kelompok negara ekonomi BRICS yang terdiri dari negara-negara ekonomi berkembang utama, yang menyumbang 35% dari output ekonomi global.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri, Sugiono. Ia menyebut, proses untuk bergabung dengan kelompok tersebut telah dimulai.
"Bergabungnya Indonesia dengan BRICS merupakan perwujudan dari kebijakan luar negerinya yang independen-aktif," kata Sugiono, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (25/10/2024).
Sugiono pun memastikan, bergabungnya Indonesia ke kelompok BRICS buka berarti akan bergabung dengan blok negara tertentu secara politik, melainkan untuk memperluas kehadiran Indonesia dalam forum-forum ekonomi besar.
"Itu tidak berarti kita bergabung dengan blok tertentu, tetapi kita berpartisipasi aktif dalam setiap forum," jelas dia.
Seperti diketahui, Indonesia, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, memiliki kebijakan luar negeri yang tidak berpihak.
Presiden Prabowo Subianto juga telah berulang kali menekankan bahwa ia akan menjalin kemitraan dengan semua negara, baik itu Tiongkok maupun Amerika Serikat, dan Indonesia tidak akan bergabung dengan blok militer mana pun.
Sugiono menambahkan BRICS sesuai dengan program utama pemerintah Prabowo.
"Terutama yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan energi, pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber daya manusia," imbuhnya, seraya menambahkan bahwa Indonesia melihat kelompok tersebut sebagai "kendaraan" untuk memajukan kepentingan negara-negara di belahan bumi selatan.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan lebih dari 30 negara telah menyatakan keinginan untuk bergabung dengan BRICS, meskipun belum ada kejelasan langsung tentang bagaimana perluasan tersebut akan berjalan.
Anggota BRICS saat ini termasuk Brasil, Tiongkok, Mesir, Ethiopia, India, Iran, Rusia, Afrika Selatan, dan Uni Emirat Arab.
Advertisement