Sukses

Orang Tua Harus Kritis untuk Hindari Hoaks Kesehatan

Derasnya informasi di internet dan media sosial serta mulai banyaknya ahli atau dokter yang memiliki akun untuk menyebarkan edukasi, terkadang membuat orang tua kebingungan untuk memilih mana yang benar untuk diikuti.

Liputan6.com, Jakarta- Hoaks kesehatan masih beredar di tengah masyarakat, bahkan jumlahnya masih tinggi berdasarkan catatan Kementerian Komunikasi dan Digital mencapai 2.357 isu pada 2023. Keberadaan informasi bohong tersebut harus diwaspadai

Pendiri komunitas Parentalk Nucha Bachri mengatakan peran orang tua sangat penting, perlu secara kritis dalam menyaring informasi terkait kesehatan agar bisa membedakan mana yang palsu dan mana yang fakta dari para ahli.

“Penting banget untuk kita para orang tua punya critical thinking, apa yang disampaikan oleh publik figur atau mungkin pun ada pihak ahli gitu ya, itu yang perlu dipikirkan keahliannya bagiannya apa ya, ini siapa ya, apakah benar kalau misalnya ada artikel atau jurnal itu perlu dicek dulu,” kata Nucha, dikutip dari Antara, Rabu (20/11/2024).

Nucha mengungkapkan, derasnya informasi di internet dan media sosial serta mulai banyaknya ahli atau dokter yang memiliki akun untuk menyebarkan edukasi, terkadang membuat orang tua kebingungan untuk memilih mana yang benar untuk diikuti.

Selain itu, pesan yang beredar melalui aplikasi pesan singkat atau grup keluarga juga bisa membuat kebingungan para orang tua untuk menyaring informasi. Padahal, kehadiran media sosial dan adanya komunitas parenting berperan dalam pengambilan keputusan, terutama soal kesehatan pada orang tua yang dominan mengakses internet seperti kalangan milenial dan gen Z.

“Ini salah satu media yang paling berpengaruh terhadap decision making si keluarga untuk pemilihan vaksin dan lain-lain. Jadi ada pengaruh dari teman-teman dan juga komunitas, itu yang saling mengingatkan misalnya ada informasi baru soal vaksin atau misalnya ada ilmu kesehatan,” katanya.

 

 

2 dari 3 halaman

Jadi Jembatan Penengah

Media sosial, kata Nucha, juga bisa jadi jembatan atau penengah antara ahli dengan masyarakat, untuk menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah agar informasi kesehatan lebih mudah dimengerti.

Para orang tua perlu memiliki filter sendiri terhadap semua informasi semua yang didapat karena tidak semua informasi itu benar-benar tervalidasi. Terutama bagi generasi yang lebih tua yang tidak terlalu melek terhadap sosial media.

“Kita yang mungkin lebih muda, yang harus lebih peduli sih untuk bisa menyaring apakah semua informasi itu benar atau tidak, biasanya aku selalu tanyain kepada ahli-ahli lagi, psikolog atau dokter,” ucapnya.

Ia juga mengatakan dengan upaya menyaring derasnya informasi di media sosial dan internet bisa meredam kepanikan orang tua dan bisa menangani penyakit yang diderita anak dengan tepat dan benar.

 

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.