Liputan6.com, Jakarta - Hoaks kesehatan masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Berdasarkan data pada 2023, hoaks tentang isu kesehatan paling banyak ditemukan dengan jumlah 2.357 konten.
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan tren serupa pada periode 18 Desember 2023 hingga 29 Januari 2024. Data ini menunjukkan hoaks kesehatan paling banyak beredar di masyarakat. Menurut pakar kesehatan, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, minimnya literasi masyarakat menjadi salah satu penyebab utama hoaks kesehatan masih menjamur.
Advertisement
Baca Juga
"Hanya 10 persen penduduk Indonesia yang berhasil menempuh pendidikan hingga sarjana. Mahasiswa diharapkan menjadi garda terdepan dalam memahami isu kesehatan," ujar Dirga dalam Talkshow Kumpul Cek Fakta Liputan6 di Kantor KLY, Jakarta Pusat, Kamis (28/11/2024).
Dirga menambahkan, hoaks kesehatan sangat berbahaya karena sering kali memainkan emosi dan memanfaatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap otoritas kesehatan.
"Masyarakat lebih senang membaca informasi dari sumber yang tidak jelas dibandingkan mendengarkan dokter," katanya.
Hoaks tentang vaksin, misalnya, paling sering disebarkan. Dirga menjelaskan, vaksin sejatinya diberikan kepada orang yang sehat untuk mencegah terangkit dari virus dan penyakit tertentu.
"Tetapi sering dianggap mengandung risiko. Padahal, vaksinasi telah dilakukan lebih dari satu abad dan terbukti melindungi dari penyakit berat hingga kematian,” ucap Dirga.
Di sisi lain, maraknya hoaks memberikan dampak signifikan terhadap tenaga kesehatan. Selain mengobati pasien, tenaga kesehatan saat ini juga harus meluruskan informasi yang salah.
"Ini menambah beban pekerjaan tenaga kesehatan. Untuk masyarakat, hoaks kesehatan selalu berbahaya karena taruhannya nyawa," tegas Dirga.
Dirga mengingatkan, masyarakat untuk mewaspadai hoaks terkait penyakit infeksi, penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, serta pengobatan alternatif.
"Pengobatan alternatif tidak selalu salah, tapi sering kali tidak ilmiah. Akibatnya, pengobatan medis justru ditinggalkan," jelasnya.
Tips Meningkatkan Literasi Kesehatan
Dirga pun memberikan, langkah mudah bagi masyarakat agar terhindar dari hoaks tentang isu kesehatan. Satu di antaranya yaitu dengan membaca secara utuh informasi tentang kesehatan yang beredar di media sosial.
"Baca informasi dari sumber yang kredibel, seperti Kementerian Kesehatan atau dokter yang berotoritas. Jangan hanya mengandalkan media sosial seperti TikTok atau Instagram tanpa cek kebenarannya," imbau Dirga.
Informasi kesehatan yang valid dan terpercaya adalah kunci menjaga keselamatan masyarakat. Dirga berharap, masyarakat lebih bijak dalam menyaring informasi dan tidak sembarangan menyebarkan hoaks.
"Jangan langsung forward. Pastikan dulu informasinya benar," tutupnya.
Penulis: Aqmarina Aulia Jami
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement