Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim terjadi fenomena awan jatuh di Kalimantan Tengah beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 22 November 2024.
Video berdurasi 30 detik itu memperlihatkan sebuah gumpalan putih menyerupai awan yang jatuh dan tergeletak di tanah. Sejumlah orang yang penasaran kemudian mengerumuni benda putih tersebut. Video itu kemudian dikaitkan dengan kabar bahwa terjadi fenomena awan jatuh di Kalimantan Tengah.
Advertisement
Baca Juga
"OMG 😱,,,!!!! Awan jatuh d Kalimantan tengah ,,☁️," tulis salah satu akun Facebook.
Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 180 kali ditonton dan mendapat 4 respons dari warganet.
Benarkah dalam video tersebut terjadi awan jatuh di Kalimantan Tengah? Berikut penelusurannya.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim terjadi fenomena awan jatuh di Kalimantan Tengah. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "awan jatuh kalimantan" di kolom pencarian Google Search.
Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai hal tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "BMKG: Bukan awan, tapi diduga gumpalan uap yang jatuh di Murung Raya" yang dimuat situs antaranews.com pada Sabtu 16 November 2024.
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa benda putih yang ditemukan mengambang dari langit hingga perlahan turun ke permukaan tanah di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah bukan awan jatuh tapi diduga hanya gumpalan uap.
Benda putih serupa awan tersebut ditemukan oleh sejumlah pekerja pertambangan di Muara Tuhup, Murung Raya, Kalimantan Tengah dan terekam dalam video amatir berdurasi lebih dari satu menit menarasikan awan jatuh itu beredar luas diberbagai kanal media sosial, Jumat (15/11) petang.
"Fenomena tersebut kemungkinan besar bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas manusia yang terjadi di wilayah pertambangan," kata Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani di Jakarta, Sabtu.
Andri menjelaskan bahwa awan tidak dapat jatuh ke permukaan sebagai gumpalan padat, karena partikelnya sangat ringan dan tersebar dengan kerapatan rendah.
Hal ini dikarenakan awan adalah kumpulan tetesan air atau kristal es yang sangat kecil dan ringan, sehingga tetap melayang di atmosfer dengan bantuan arus udara.
Partikel awan biasanya menguap sebelum mencapai tanah terutama ketika terjadi perubahan lingkungan. Oleh karena itu, kata dia, fenomena dalam video tersebut kemungkinan besar bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas teknis atau operasional.
Menurutnya, kondisi ini bisa terjadi karena adanya pelepasan gas bertekanan tinggi dari aktivitas tambang, yang didukung oleh suhu rendah dan kelembapan tinggi sehingga lingkungan tersebut mendukung pembentukan uap kondensasi.
Fenomena ini tampak seperti awan turun atau jatuh karena gumpalan uap atau gas yang dilepaskan bergerak ke area yang lebih rendah akibat gravitasi atau densitasnya yang lebih berat daripada udara di sekitarnya.
"Uap atau gas ini sering kali lebih padat daripada awan alami, sehingga tampak seperti bisa disentuh atau dipegang. Namun, ini hanyalah efek visual, karena sebenarnya yang terlihat hanyalah gumpalan uap yang bersifat sementara," jelasnya.
BMKG menegaskan bahwa fenomena ini tidak berbahaya dan bersifat sementara sehingga masyarakat, khususnya yang ada di lokasi sekitar penemuan tidak perlu khawatir, karena ini bukan tanda adanya gangguan alam.
Referensi:
https://jatim.antaranews.com/berita/847705/bmkg-bukan-awan-tapi-diduga-gumpalan-uap-yang-jatuh-di-murung-raya
Advertisement
Kesimpulan
Video yang diklaim terjadi fenomena awan jatuh di Kalimantan Tengah telah diklarifikasi oleh BMKG. Menurut BMKG, benda putih tersebut bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas manusia yang terjadi di wilayah pertambangan.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement