Liputan6.com, Yogyakarta Sosok perempuan tangguh, cerdas dan anggun begitu melekat dalam diri Christina Siwi Handayani semasa hidupnya. Sebagai seorang senpai Kempo dan pendidik di perguruan tinggi, ia punya pengaruh besar pada banyak orang.
Christina menyebarkan semangat berbagi dan menolong kepada semua orang. Mental Bushido yang tahan uji begitu mendarah daging. Tak heran kepulangannya kepada Sang Maha Pencipta pada 1 Agutus 2013 ditangisi banyak orang.
Advertisement
Untuk mengenang Christina yang selalu menyala sebagai seorang sahabat, guru dan ibu, digelarlah Kejuaran Beladiri Kempo antar Wanita dengan memakai namanya Piala Christina. Kejuaraan khusus perempuan itu digelar pada 19-20 April 2014 di Sasana Among Raga Yogyakarta.
Christina pernah menjadi Ketua Umum Persaudaraan Beladiri Kempo Indonesia (Perkemi) Yogyakarta pada 2004 sampai 2013. Jalan panjang yang dirintis sejak ia menjadi senpai tahun 1993. Ketua Panitia Pelaksana Piala Christina, FX Adeng Sucipto mengatakan Christina meninggalkan semangat untuk terus berkembang dan maju.
"Semangatnya tidak hilang. Walau dalam keadaan sakit, masih bisa menjalankan tugasnya sebagai ketua umum Perkemi Pengda Yogyakarta dan Dekan Psikologi Universitas Sanata Dharma," kata Adeng.
Ada 140 kenshi (pemain Kempo) yang mengikuti kejuaraan ini dari 14 kontingen dari seluruh Indonesia. Wakil Ketua Pengda Perkemi Yogyakarta Abdul Rauf mengatakan, gelaran Piala Christina memang bertepatan dengan Hari Kartini. Karena semangat Christina yang tangguh adalah cerminan banyak dari wanita Indonesia.
"Ini melanjutkan semangat Senpai Christina, yang adalah seorang ibu bagi Kenshi yang bermasalah dan ibu bagi keluarga Kenshi yang bermasalah, ibu bagi Kenshi yang mau cari sekolah hingga ibu bagi Kenshi yang mau kerja," ujar Abdul.
Ada satu yang mengharukan di acara pembukaan kejuaraan kempo antar wanita yang pertama kali digelar itu. Setelah demo para Kenshi dan Senpai selesai, sebuah lagu Jepang berjudul `Warabigami' dilantunkan oleh kelompok paduan suara dengan suara yang indah. Lagu syahdu tersebut bercerita tentang kasih sayang ibu kepada anaknya.
Christina memang pernah tinggal di Jepang saat mengambil studi post doctoral dari Kyoto University. Saat dinyayikan lagu `Warabigami' nampak suaminya, Ardhian Novianto, yang berdiri di barisan Senpai tertunduk menahan haru. Lagu menyentuh itu bisa jadi untuk anak lelaki semata wayangnya yang berumur 2 tahun. Sang anak yang ditinggalkannya, karena tak kuasa melawan kanker.
Setelah kelahiran sang anak yang bernama Jagad, kondisi fisik Cristina memang terus menurun. Ia tak sempat memberikan ASI kepada buah hatinya karena kanker payudara yang menyerangnya sejak saat ia mengandung.
Namun kanker tak membuatnya menyerah, ia masih aktif mengajar dengan kepala plontos akibat kemoterapi dan selalu optimistis bisa sembuh. Hingga akhirnya kanker yang menyerang kedua payudaranya itu merembet ke paru-paru, membuat tubuhnya makin tak berdaya. Tapi Christina tak pernah mau menyerah pada kanker, hingga sang pencipta memanggilnya pada 1 Agustus 2013.
Piala Christina ini menurut Abdul diharapkan bisa digelar setiap tahun karena sang juara umum akan mendapatkan piala bergilir.