Sukses

Gracia Paramitha, Putri Lingkungan Hidup yang Banyak Prestasi

Pejuang termuda dalam isu lingkungan sekaligus Putri Lingkungan Hidup, Gracia Paramitha yang berumur 25 tahun memiliki se

Citizen6, Jakarta Pejuang termuda dalam isu lingkungan sekaligus Putri Lingkungan Hidup pertama tahun 2002, Gracia Paramitha yang berumur 25 tahun memiliki segudang prestasi yang dimulai dari titik nol.

Sejak kecil, ayah dan ibu Gracia Paramitha yang berprofesi profesor dan dosen, sudah membiasakan dirinya untuk punya kepekaan dengan lingkungan. Wanita yang lahir di Surabaya ini, setiap minggu bertamasya dengan kedua orangtuanya, entah di taman, bukit, atau gunung, atau tempat yang berhubungan dengan alam lainnya.

Ketika SMP, Gracia Paramitha aktif di karya ilmiah. Pada tahun 2002, Tunas Hijau Club mengadakan ajang kompetisi Pemilihan Putri Lingkungan Hidup untuk anak-anak usia 10-14 tahun. Pada saat itu, ia berusia 13 tahun dan dapat memenangkan ajang kompetisi tersebut sebagai Putri Lingkungan Hidup pertama.

Prestasi itu membuka jalan kesuksesan seorang Gracia Paramitha. Ia dikirim ke Australia bersama kedua orangtuanya selama dua minggu sebagai delegasi anak dari Indonesia. Sebelum berangkat, Menteri Lingkungan Hidup, Bapak Nabil Makarim menemuinya untuk memberikan suatu apresiasi, yang hingga kini masih berhubungan dekat sehingga ketika lulus kuliah, ia bisa bekerja di Kementrian Lingkungan Hidup sebagai staff of Bureau for Planning and International Cooperation.

Pada saat di Australia, ia bertemu pembicara dari PBB yang membuatnya bermimpi untuk bisa bekerja di PBB suatu saat. Mimpi itu terwujud ketika dirinya bertugas  sebagai UNEP TUNZA Youth Advisory Council on  Asia Pasific Region tahun 2011-2013. Setelah pulang dari Australia, ia kembali mendapatkan apresiasi dari Walikota Surabaya sebagai putri lingkungan hidup pertama yang diakui secara daerah.

Selama menjabat satu tahun sebagai Putri Lingkungan Hidup, ia bersama tim dari Tunas Hijau Club telah membuat 10 taman kota di Surabaya yang lahannya disediakan oleh pemerintah. Bahkan, satu di antaranya diresmikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yang telah menghantarkan mereka bisa bertemu dengan Ibu Megawati Soekarnoputri ketika masih menjabat sebagai Presiden.

Sejak saat itu, Gracia Paramitha belajar bagaimana mengatur sebuah event, bersosialisasi dengan banyak orang, membagi waktu dengan kegiatan di luar sekolah, dan bagaimana caranya bisa mempertahankan jaringan atau koneksi dengan orang lain.

Walaupun Gracia Paramitha sebagai expert dalam isu lingkungan, ia tidak pernah menutup dirinya untuk belajar hal-hal yang baru, seperti di bidang jurnalistik dan fotografi. Tahun 2002, ia mengikuti lomba jurnalistik di Jawa Pos dan mendapat juara Harapan II. Ia tidak patah semangat, ia kembali mengikuti lomba tersebut hingga akhirnya mendapat juara pertama tahun 2003. Kemenangan itu menghantarkan dirinya bisa bertemu dengan fotografer terkenal untuk belajar gratis mengenai fotografi.

Tahun 2004, Gracia Paramitha bersama ibunya menonton konser penyanyi terkenal Malaysia, yang bernama Siti Nurhaliza. Menurutnya,  suara Siti Nurhaliza sangat merdu dan berpenampilan anggun, hal itu membuatnya nge-fans berat dengan penyanyi itu. Pada saat Siti Nurhalizah menyanyi di atas panggung, tiba-tiba Gracia Paramitha bergumam dan berandai, ”Suatu saat saya bisa nyanyi bareng atau sepanggung sama dia.” Hal itu terwujud ketika dirinya menjadi lima besar finalis terbaik di ajang “Siti Nurhaliza Mencari Bintang Pantene” tahun 2007, menjelang Ujian Nasional SMA.
Segudang aktivitas, gimana dengan sekolahnya?

“Sekolah mendukung dan bangga karena ada siswanya bisa bawa nama sekolah bahkan bawa Indonesia ke Australia. Secara moral dan personal, saya juga belajar how to manage my self, saya merasa bersyukur dan beruntung belajar self management itu secara otodidak”, ucap Gracia Paramitha ketika ditanya urusan sekolahnya.

Ia juga melanjutkan, ”Di sekolah kalau belajar, saya memaksimalkan waktu di kelas, ketika ga ngerti langsung tanya sama guru atau diskusi sama temen. Itu yang selalu saya lakukan. Kalau emang ga ngerti lagi, karena ayah dan ibu saya yaitu motivator tinggi saya, jadi setiap pulang sekolah, selain ke perpustakaan sekolah, ya ke kampus orangtua. Jadi mau pulang bukannya langsung ke rumah, tapi ke kampus hanya untuk cari informasi di internet. Saya terbiasa melakukan itu.”

Selama SMP hingga SMA, Gracia Paramitha tidak pernah mengikuti les pelajaran di bidang akademis. Dirinya selalu berusaha mengeksplor diri di luar akademis, karena baginya dunia itu terlalu luas untuk dipelajari dan gabisa hanya di kelas. “Semakin dini kamu membangun jaringan, semakin baik untuk membangun masa depan.”
Kegagalan yang Menarik

Satu kegagalan yang menarik adalah ketika diadakan pemilihan Duta Lingkungan dari perusahaan Bayer. Tiga kali mengikutinya, dan semuanya gagal. Karena sudah tiga kali gagal, ia mencari ajang kompetisi lainnya. Lalu menariknya, saat bekerja menjadi Youth Advisory di United Nations Environment Programme(UNEP), ia bisa bertemu dengan Direktur Perusahaan Bayer-Internasional sewaktu di markas UNEP, PBB, Nairobi, Kenya. Seorang Gracia Paramitha tidak pernah menganggap kegagalan itu menjadi suatu perhitungan semu, melainkan  menjadi suatu motivasi untuk bisa lebih baik lagi.

“Prinsip hidup saya 3B: Belajar, Berbagi, Bergerak.”

“Belajar tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Belajar apapun untuk memperkaya diri. Dengan belajar ada waktunya juga untuk berbagi, karena akan lebih bermakna. Ini semua tidak akan bertahan lama dan tidak ada warisan yang khas dari kita tanpa adanya bergerak. Bergerak butuh banyak pihak. Tolong peliharalah orang-orang  itu dengan bagaimana membina hubungan dengan mereka”, jawab Gracia Paramitha ketika ditanya prinsip hidup yang bisa membuatnya berprestasi baik Nasional dan Internasional.

“Goal puncak saya”
Mimpi besar seorang Gracia Paramitha adalah menjadi Profesor Termuda di Indonesia yang ahli di bidang lingkungan global. Ia berencana untuk bisa S3 di Inggris, tempat lahirnya Ilmu Hubungan Internasional. Semoga bisa tercapai ya, semangat!

Penulis:

Magdalena Fenisia Caroline
Facebook : Magdalena Fenisia Caroline
Twitter : @fenisiacaroline

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya keCitizen6@liputan6.com.

Mulai Selasa, 9 Mei  2014 sampai dengan 25 Mei 2014, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Pengalaman Pertama Berinternet". Ada 2 router DLink (DIR-605L) untuk 2 orang pemenang  dan 4 merchandise ekslusif dari Liputan6. com. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.  Program menulis bertopik kali ini disupport oleh @DlinkID

Produksi Liputan6.com