Sukses

Sanggar Tari Bulungan Mengajarkan Tari, Melestarikan Budaya

Indonesia memiliki beragam suku bangsa dengan budayanya yang memukau.

Citizen6, Jakarta Indonesia memiliki beragam suku bangsa dengan budayanya yang memukau. Disetiap suku memiliki keunikan budaya masing-masing. Sayang,  sekarang ini banyak orang tidak peduli, bahkan tidak menyadari kebesaran budaya kita sendiri ini. Mereka pelan-pelan meninggalkannya.  Khususnya tari-tari tradisional.

Efek globalisasi, banyak dari remaja-remaja yang mulai tidak aware dengan kebudayaannya sendiri. Mereka lebih tertarik mempelajari sesuatu yang berbau asing, karena dianggap lebih tren dan gaul.  

Kecemasan itulah yang dirasakan oleh Ibu Ida Ayu Putu Puspawati pemilik sanggar tari Bulungan.  Perempuan yang akrab di panggil ibu Dayu ini selain sebagai pemilik juga sebagai pengajar tari bali.

Perempuan yang sudah mengajar tari lebih dari 30 tahun ini mengatakan, boleh saja tarian modern tersebut masuk ke Indonesia, tapi alangkah baiknya jika kita tidak melupakan tarian sendiri.  "Apabila banyak remaja yang meninggalkan tarian tradisional,  lalu siapa yang nantinya akan meneruskan kebudayaan Indonesia, "tanyanya. 

Ketakutan terbesar terbesarnya adalah apabila tarian tradisional ini punah, dan nantinya kita harus mempelajarinya dari orang asing. Akhirnya, tarian kita ini lestari di negeri orang bukan di negeri kita sediri.

Dan sebenarnya tarian Indonesia itu sangat di apresiasi oleh orang-orang di seluruh dunia. Menurut pengalaman Ibu Dayu, waktu ia pentas menari bali di shenzhen China 4 tahun lalu, ia berhasil membuat takjub orang-orang yang berada di sana.

Mereka terpukau akan tarian yang di bawakannya tersebut. Namun sayangnya, hal itu jarang terjadi di negeri sendiri. Selain dari kurangnya apresiasi dari negeri sendiri, reward juga memiliki andil di dalamnya. Seperti yang kita tahu, jarangnya perlombaan dalam negeri yang mengikut sertakan tarian tradisional di dalamnya, membuat sedikitnya peminat dari mereka.

Coba kita tengok tarian modern sebelah, hampir disetiap minggunya, komunitas korean cover dance menggelar event-event perlombaan. Baik dari skala kecil maupun skala besar. Yang akhirnya membuat peminatnya semakin menjamur di ibukota ini. Ini berbeda dengan tari tradisional, yang hanya terdapat pada event-event tertentu saja.

Ibu Dayu mengatakan, sebaiknya Dinas Pariwisata mulai bertindak dengan membuat aturan mengenai satu anak satu tari tradisional. Baik itu perempuan maupun laki-laki. Baik dari jenjang TK maupun jenjang perkuliahan.  Tidak harus tarian dari kota seberang ataupun dari pulau sebelah, minimal adalah tarian tradisional dari daerahnya masing-masing.

Sehingga nantinya kita tidak perlu khawatir siapa yang akan mengajarkan tarian-tarian tradisional tersebut.  Yang dilakukan dinas pariwisata baru sekadar memberikan dukungan dengan membebaskan sewa tempat di anjungan Taman Mini Indonesia.

Penulis:

Mirza Ainulia

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Video Terkini