Citizen6, Jakarta Papua selain terkenal dengan keindahan alamnya, juga kaya budaya yang berbeda dengan pulau-pulau lain di Indonesia. Salah satu kekayaan papua yang belum banyak oleh semua orang adalah kekhasan kulinernya yaitu, ulat sagu.
Kuliner yang satu ini, selain tidak lazim dikonsumsi, bisa dibilang cukup “ekstrim”. Mungkin sebagian dari kita jika mendengar kata ulat sudah pasti jijik, begitu juga saya sangat jijik dengan ulat. Apalagi, kalau ulat itu dijadikan makanan tentu kita akan berpikir dua kali lipat untuk menyantapnya.
Tapi itu tak berlaku untuk orang Papua, ulat sagu merupakan salah satu makanan favorit disana. Tenang tidak semua ulat dimakan, tapi hanya jenis ulat sagu saja. Perlu kita ketahui bahwa didalam ulat sagu begitu banyak terdapat kandungan gizi yang sangat baik bagi tubuh kita.
Advertisement
Sesuai dengan namanya ulat sagu pasti berasal dari pohon sagu. Namun jangan salah, ulat ini tidak akan kita jumpai pada pohon sagu yang masih berdiri tegak (belum ditebang), melainkan pada (batang) pohon sagu yang sudah ditebang.
Biasanya pada pohon sagu yang telah ditebang lalu telah diambil sagunya, batang pohon sagu tersebut akan dibiarkan begitu saja hingga beberapa hari. Nah, nanti setelah sekian lama batang pohon sagu tadi akan membusuk dengan sendirinya, disitulah akan mulai bermunculan ulat-ulat yang dinamakan ulat sagu.
Proses Pengambilan ulat sagu dari batang pohon sagu biasanya dengan menggunakan alat tradisional seperti kapak untuk membelah belah batang pohon tadi. Hal ini dikarenakan ulat sagu biasanyanya akan berada pada bagian dalam atau dicelah-celah batang pohon yang sudah membusuk.
Setelah terlihat, ulat ulat sagu dapat kita ambil dan kumpulkan didalam sebuah tempat agar mudah membersihkannya. Bentuk ulat sagu ini juga bervariasi, ada yang sangat kecil hingga yang paling besar seukuran jempol jari tangan orang dewasa. Yang membuat semakin unik dan lucu dari ulat sagu ini adalah ketika ulat sagu yang masih hidup berjalan diatas tanah, ia seperti sedang menggoyang perutnya naik turun secara terus menerus.
Bagi masyarakat papua, ulat sagu bisa dimakan secara langsung (mantap) tanpa dimasak lebih dahulu. Jangan kaget ini sudah menjadi hal yang lumrah sejak zaman dulu kala nenek moyang saya. Kemudian juga, bisa disajikan dengan terlebih dahulu direbus kemudian disajikan sambal. Ada yang digoreng, atau dicampurkan dengan masakan tumisan sayur.
Untuk beberapa orang ulat sagu dijadikan sate. Hum... mantap bukan?
Rasa gurih akan terasa saat kita menyantapnya, bentuknya yang legit membuat ulat sagu ini sedikit terasa lunak dibagian dalam. Rasa manis plus sedikit asin juga bisa kita rasakan dari ulat yang berasal dari pohon sagu ini.
Pokoknya jika sudah dicampurkan dengan bumbu penyedap lainnya ulat sagu ini akan makin terasa komplit untuk dijadikan menu makan siang atau malam.
Kandungan gizi dari ulat sagu itu sendiri, ditiap 100 gr ulat sagu mentah yang akan dimasak mengandung protein sekitar 9,34%, juga terdapat beberapa kandungan asam amino esensial, seperti asam aspartat (1,84%), asam glutamat (2,72%), tirosin (1,87%), lisin (1,97%), dan methionin (1,07%).
Ulat sagu juga ini bisa kita jadikan alternative lauk makanan yang bebas dari kolestrol, sangat baik untuk tubuh kita.
Selain itu, konon ulat sagu ini dipercaya dapat menjaga stamina kita dalam melakukan rutinitas kita sehari-hari. Jadi bagi yang suka kuliner dan mau berkunjung ke Papua, boleh dicoba makanan yang satu ini.
Penulis:
Mey Saba
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Mulai Senin, 23 Juni sampai 29 Juni Citizen6 mengadakan program menulis bertopik ke-14 dengan topik "Persiapan Menjelang Puasa Ramadan". Info selengkapnya di sini.