Sukses

Mak Entim Hafal Lagu Kebangsaan Belanda, Lupa Indonesia Raya

"Walau bersekolah hanya sampai SRS selama tiga tahun, Alhamdulillah Emak bisa baca, bahasa Belanda, Sunda juga bahasa Indonesia".

Liputan6.com, Jakarta Setiap menjelang peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) topik tentang nasionalisme kerap menghangat di tengah masyarakat. Selain itu, kisah heroik para pejuang kemerdekaan yang membangkitkan semangat nasionalisme pun banyak diungkap media. Tak sedikit pula kisah para veteran kemerdekaan yang di masa tuanya justru mendapati kondisi yang memilukan.

Dalam HUT Kemerdekaan RI yang ke 69 tahun ini (2014), ternyata ada pula kisah dengan warna lain yang unik dari beberapa orang yang pernah menjadi bagian dari perjalanan berdirinya negara ini. Sutimah namanya (80) seorang nenek warga kampung Tegal Putat, Desa Bojong, Kecamatan Bungbulang, Garut, Jawa Barat yang pernah mengalami hidup di dua zaman berbeda.

Mak Entim --sapaan akrabnya-- nenek tiga orang anak dan belasan cucu ini kini telah memasuki usia senja. Namun ia masih tampak segar bugar mengisahkan bagaimana pahit getirnya zaman pendudukan penjajah Belanda dan Jepang ketika itu. Namun, Mak Entim mengaku jika membandingkan zaman pendudukan Belanda dan Jepang ia mengatakan masih mendingan ketika zaman pendudukan Belanda.

"Dari yang Emak alami, ketika zaman Belanda itu agak mendingan jika dibandingkan dengan masa penjajahan Jepang. Ia, zaman Jepang itu Emak rasakan begitu pahit, dia (Jepang) selain menjajah, juga mencuri apapun yang ada di negara ini, mulai dari barang berharga hingga singkong. Namun Belanda tidak demikian, malah kita bisa saksikan banyak bangunan dan jalan peninggalan zaman Belanda yang telah dibangunnya," kisahnya.

"Walau bersekolah hanya sampai SRS selama tiga tahun, Alhamdulillah Emak bisa baca, bahasa Belanda, Sunda juga bahasa Indonesia. Selain itu Emak juga masih hafal lagu Wilhelmus van Nassouwe (lagu kebangsaan Belanda) sampai sekarang," ungkapnya, dengan mengucapkan judul lagu dengan bahasa Belanda yang cukup fasih.

Ketika ditanya alasannya lebih hafal lagu kebangsaan Belanda daripada Indonesia Raya, Mak Entim mengaku pada zaman itu, selain sekolahnya gratis, para guru juga menerapkan disiplin tinggi pada anak didiknya. Selain itu, mak Entim mengaku terkesan degan para gurunya yang kerap memberikan `Roti Belanda` kepada para muridnya sebelum melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

"Selain sekolahnya gratis, pada zaman Belanda itu, para gurunya menerapkan disiplin tinggi dalam belajar. Setiap sebelum belajar para murid selalu menyanyikan lagu Wilhelmus van Nassouwe. Juga yang mengesankan, para guru sering memberikan `Roti Belanda` mungkin itu yang membuat Emak masih hafal lagu kebangsaannya," ucapnya, seraya terkekeh.

Saat dites untuk melantunkan lagu Kebangsaan Belanda, benar saja, Mak Entim dengah fasih menyanyikannya dengan penuh perasaan dan notasi lagunya pun begitu pas, mulai dari bait awal hingga akhir.

Inilah lirik lagu Kebangsaan Belanda yang diberi judul Wilhelmus van Nassouwe,

"Wilhelmus van Nassouwe ben ik van Duitsen bloed
Den vaderland getrouwe blijf ik tot in den dood
Een Prinse van Oranje ben ik vrij onvervaard
Den Koning van Hispanje heb ik altijd geëerd
          
Mijn schild ende betrouwen zijt gij o God mijn Heer
Op u zo wil ik bouwen verlaat mij nimmermeer
Dat ik doch vroom mag blijven uw dienaar t'aller stond
De tirannie verdrijven die mij mijn hart doorwondt..."

Usai menyanyikan lagu, Mak Entim, kembali terkekeh, "Tuhkan Emak hafal," tukasnya.

Saat ditanya apa arti dari lagu yang telah dilantunkannya ini, Mak Entim hanya menjawab singkat. "Hartosnamah nyaeta ngabageakeun Raja William sareng Ratu Wihelmina tea," tuturnya.

Sementara saat dites untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mak Entim lama terdiam dan mengernyitkan dahinya, dia berujar, "Ah, lupa lagi, pokoknya ada kata merdekanya," tambahnya.

Pengirim:
Kang Encep

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel, foto atau video seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya keCitizen6@liputan6.com

Mulai 14 -30 Agustus Citizen6 mengadakan program Menulis Bertopik ke-16: Merdeka ala Anak Gaul berhadiah. Info detail di sini.