Sukses

Kisah Haru Guru di Biaro, Terjebak Sebulan di Pulau

Sitaro adalah daerah kepulauan yang terdiri dari 47 pulau, 12 pulau sudah dihuni dan 35 pulau belum berpenghuni.

Citizen6, Jakarta "Pendidikan bukanlah proses mengisi wadah yang kosong. Pendidikan adalah proses menyalakan api pikiran" - W.B. Yeats

Mungkin banyak yang belum tahu, salah satu program Dirjen Dikit adalah mengirimkan guru-guru ke pedalaman atau ke pulau-pulau terdepan yang mungkin belum ada di google map. Program tersebut adalah SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan Terluar Tertinggal. Program ini dimulai telah dimulai pada tahun 2011.

 Salah satu perempuan yang tertarik mengikuti program  tersebut adalah Nur Faiziyah. Perempuan dari Malang, Jawa Timur ini, tak lama setelah diwisuda langsung mendaftar. Faiziyah yang memang sejak kecil bercita-cita ingin menjadi pendidik langsung mendaftar.



Ia mengaku, memilih profesi guru itu menyenangkan, karena anak sekolah mempunyai banyak libur, katanya sambil bercanda. Kedua orangtuanya yang guru sangat mempengaruhi piliihan karirnya.

Perempuan single ini beruntung, ia berhasil lolos dalam tes SM3T dan ditugaskan di Sitaro. Perempuan ini sangat senang, ia berpikir di mana Sitaro, nama yang mirip nama di Jepang yang baru sekali ia dengar.

Kamis, 21 Agustus 2014 ia datang ke kantor redaksi Liputan6.com untuk menerima penghargaan sebagai juara pertama dalam lomba menulis, “mencerdaskan bangsa” yang diadakan oleh dirjen dikti bekerjasama dengan BTPN dan Liputan6.com. 



“Sitaro adalah daerah kepulauan yang terdiri dari 47 pulau, 12 pulau sudah dihuni dan 35 pulau belum berpenghuni. Sitaro sebenarnya adalah singkatan dari tiga pulau besar itu, yaitu Siau, Tagulandang dan Biaro.

Tempat tugasnya adalah di pulau Biaro.  Ia mengajar di sebuah sekolah menengah. Untuk mencapai sekolahan, ia harus berjalan kaki. Tinggal di wilayah yang listriknya hanya menyala 12 jam sehari dan kekuatan sinyal yang sering hilang ketika hujan dan ada angin kencang tentu mempunyai banyak tantangan. 

Salah satu tantangan itu adalah harus beradaptasi dengan budaya setempat. Misalnya di Biaro ia kesulitan  menemukan sayuran. Adanya hanya daun siongkong, kangkung, sayur gedi: semacam pohon singkong tapi tidak ada umbinya. Seloebihnya ia harus makan dengan lauk ikan laut atau ikan asin.

Lainnya adalah ketika ia merasa kangen dengan keluarga. ketika rasa itu datang, ia segera bertelepon meski tak selalu berhasil karena sinyal yang tidak jelas. 

Pada Desember 2013, waktu itu ada banjir Manado.  Semua warga yang menghuni pulau terjebak tidak bisa keluar karena tidak ada kapal yang berlayar.  Mereka menjalani kehidupa seperti masa lalu, memasak dengan kayu, makan  ubi selama satu bulan.

Namun melihat semangat belajar anak didiknya membuat ia tak peduli dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.  Karena kegigihannya mengajari siswanya, perempuan ini mampu membawa siswa smk-ny memenangi kompetisi bahasa inggris tingkat propinsi Sulawesi utara.

Ia merasa bangga karena pada waktu ia pertama kali datang, mereka tidak mengerti sama sekali bahasa Inggris. Selain mengajar di SMK, ia juga mengajar anak SD, SMP dan pegawai kantor kecamatan.  

Ia berharap kepada pemerintah tidak menilai bahwa pendidikan anak-anak di tiap wilayah itu sangat berbeda, fasilitas yang dipunyai juga berbeda dengan fasilitas yang ada di pulau jawa. Selain itu sebaiknya pemerintah lebih memfokuskan anak-anak yang berprestasi..

Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel, foto atau video seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya keCitizen6@liputan6.com

Mulai 14 -30 Agustus Citizen6 mengadakan program Menulis Bertopik ke-16: Merdeka ala Anak Gaul berhadiah. Info detail di sini.


Video Terkini