Sukses

Cerita Bangga Guru yang Mengabdi di Pelosok Negeri

Saya diberi tugas untuk mengampu tiga mata pelajaran sekaligus yaitu PPKN, TIK, dan BK

Citizen6, Jakarta Saya Anggi Perdana lulusan dari Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Yogyakarta. Saya asli orang Indramayu yang beralamatkan di Desa Jatimulya Blok Kombo 1 Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu. Pertamakali saya mendapatkan informasi tentang program SM-3T dari teman satu jurusan yang kebetulan baru selesai melaksanakan program tersebut.

Kemudian, teman saya menceritakan tentang bagaimana pengalamannya selama satu tahun mengabdi di daerah 3T, dan saya memutuskan untuk ikut dalam program SM-3T angkatan ke-III LPTK UNY pada tahun 2013.

Setelah melewati tahap seleksi administrasi, tes akademik (online) dan tes wawancara, serta pelatihan di AAU, alhamdulilah saya dinyatakan lulus dan ditempatkan di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Jumlah dari keseluruhan yang ditempatkan di Kabupaten Ngada yaitu 48 peserta yang kemudian disebar ke pelosok-pelosok desa, dan saya mendapatkan penempatan  di Dusun Tedhing, Desa Lanamai, Kecamatan Riung Barat.


2 dari 5 halaman

Tidak ada aliran listrik dan susah untuk mendapatkan air bersih

Dusun ini pula yang menjadi tempat pengabdian saya, menemani generasi emas yang masih terpendam. Tak salah jika pemerintah setempat melabeli Tedhing sebagai daerah terpencil, karena fasilitas pendukung pembelajaran di sekolahan yang ada disana belum memadai. Seperti tidak ada aliran listrik dan susah untuk mendapatkan air bersih terutama saat musim kemarau.

Air bersih hanya bisa didapatkan dari sumber air yang ada di tengah sawah dengan jarak kurang lebih 150 meter dari sekolah. Sedangkan untuk penerangan hanya ada pada malam hari saja, dengan menggunakan lampu sehen (tenaga surya) dan mesin generator berbahan bakar solar atau bensin yang hanya dinyalakan pada pukul 07.00-10.00 WITA.

3 dari 5 halaman

Tempat penugasan saya di SMP Negeri Satu Atap 1 Riung Barat

Tempat penugasan saya di SMP Negeri Satu Atap 1 Riung Barat yang baru 8 tahun berdiri, yaitu dari tahun 2005. Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran seperti ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang olahraga, dan ruang laboratorium disana masih belum memadai, bahkan kantinpun tidak ada. Selain itu, masih kurangnya guru mata pelajaran seperti PPKN, Kesenian, TIK, BK, dan IPA.

Seperti tujuan awal kedatangan saya adalah untuk memenuhi kekurangan guru di daerah yang tergolong 3T, dan kenyataannyapun demikian. Karena kekurangan tenaga pengajar, saya diberi tugas untuk mengampu tiga mata pelajaran sekaligus yaitu PPKN, TIK, dan BK. Keberadaan saya di sekolah tidak hanya untuk mengajar saja, tetapi juga untuk membantu mengelola dan membuat administrasi sekolah. Bahkan saya diberi kepercayaan oleh pihak sekolah untuk membuatkan brosur pendaftaran siswa baru tahun pelajaran 2014/2015.



4 dari 5 halaman

Saya mencoba menerapkan beberapa metode pembelajaran

Kurangnya fasilitas pembelajaran di sekolah tidak menghentikan saya untuk bereksperimen menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Saya mencoba menerapkan beberapa metode pembelajaran yang menarik selain metode ceramah dan diskusi, seperti bermain peran, permainan, tongkat estapet dengan bernyanyi, lempar “bola panas” yang terbuat dari gulungan kertas yang di dalamnya terdapat pertanyaan, dan sesekali saya menampilkan video pembelajaran yang dapat diputar melalui laptop yang kebetulan saya bawa dari jawa.

Pernah saya tampilkan video fragmen BPUPKI dan PPKI, serta film-film perjuangan untuk mendukung materi yang sedang saya ajarkan. Tontonan ini sangat membuat mereka senang karena belajar dengan menggunakan laptop adalah hal baru yang dapat memudahkan mereka memahami materi-materi yang sedang saya ajarkan.

Hasil belajar mereka memang masih jauh dari yang saya harapkan, tetapi ada beberapa  hal yang membuat saya bangga salah satunya semangat belajar mereka yang tinggi. Tidak sia-sia kedatangan saya ke tempat yang sangat jauh ini setelah melihat semangat mereka yang terus menyala. Saya salut saat mereka setiap pagi datang ke sekolah dengan jarak rumah ke sekolah cukup jauh, bahkan ada yang jaraknya kurang lebih 4 km mereka tempuh dengan berjalan kaki mendaki bukit, melewati jalanan yang berbatu, dan membawa 1 drigen berisi air.

5 dari 5 halaman

Saya heran, mereka tidak pernah mengeluh

Saya heran, mereka tidak pernah mengeluh, bahkan selalu tepat waktu untuk sampai di sekolah. Satu hal lagi yang membuat saya bangga, ternyata mereka yang bersekolah nan jauh di plosok negeri mempunyai jiwa nasionalisme yang sangat tinggi untuk Indonesia. Hal itu saya dapati di setiap pagi, 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai mereka selalu melaksanakan apel bendera, mengibarkan dan memberi penghormatan kepada sang merah putih.

Satahun saya di tempatkan di SMP Negeri Satu Atap 1 Riung Barat, setahun itu pula saya belajar tentang banyak hal, apalagi saat bersanding dengan murid-murid saya di sekolah. Keterbatasan fasilitas pendidikan yang dimiliki sekolah tidak mematahkan semangat mereka untuk terus berusaha meraih mimpi dan tetap mempertahankan serta memelihara rasa cinta mereka terhadap tanah air Indonesia. Mereka hanya butuh sentuhan hangat dari tangan-tangan trampil yang tulus menemani belajar mereka di tengah segala keterbatasan.

SM-3T merupakan salah satu program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia ditujukan kepada para Sarjana Pendidik yang belum bertugas sebagai guru, untuk ditugaskan selama satu tahun pada daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia merupakan suatu kebijakan dari Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka mempercepat pembangunan pendidikan di daerah-daerah 3T.


Penulis:

Anggi Perdana, S. Pd.

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel, foto atau video seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com