Citizen6, Jakarta Aku termasuk orang yang awalnya, berpikir kalau manusia itu diciptakan lebih canggih dari komputer. Mampu melakukan banyak hal dalam satu waktu, mampu memikirkan apapun dalam satu waktu, entah itu masa depan atau masa lalu. Dalam satu waktu. Sampai suatu hari datang padaku sebuah broadcast messages berupa undangan untuk kelas sharing yang menarik perhatian, "Kelas Meditasi: Tetap Fokus di Era yang Berisik".
Merasa tertantang gegara baca fakta bahwa menurut Harvard Business Review, American Journal of Experimental Psychology, Multi-tasking hanya membuat kita merasa seolah-olah dapat menyelesaikan lebih banyak hal, padahal kenyataannya multi-tasking : menurunkan tingkat produktivitas kita sebesar 40% dan dapat menyebabkan penurunan IQ sebesar 10 poin. Jangan-jangan ini juga yang bikin makin males menghitung, membaca dan segala apa lupaan. *Kuping nih kalau bisa di copot juga pasti lupa atau ketinggalan taro mana* >,booking seat setelah baca fakta ini.
Dan bener aja, setiap apa yang disampaikan sama Mas Adjie Silarus bener-bener klop ama yang dirasakan selama ini. Bagi saya yang orangnya kadang nggak sabaran, bahkan cenderung tergesa-gesa, saya jadi lebih belajar menikmati dan fokus pada apa yang sedang dilakukan. "Segala sesuatu itu akan terjadi pada waktunya", bukan maksud untuk ngajarin leyeh-leyeh dan kerja lambat, tapi maksudnya, lakukan segala sesuatu sepenuh akal, sepenuh jiwa dan raga. Atau, Mindfulness. Hindari sikap tergesa-gesa. Duh.. jadi inget sebuah hadist, “Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa.”(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Yesterday is History, Tomorrow a Mystery, Today is a Gift, Thats why it's called the Present
Betapa banyak detik hidup kita ini terkuras pikirannya hanya karena rasa sedih dan sesal masa lalu, atau betapa banyak momen hidup kita tersita dengan kecemasan pada masa depan. Senada sama pesan Rasulullah; Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR. Bukhori)
Setiap hari mungkin kita melakukan sikat gigi, tapi seringnya, hal tersebut dilakukan secara "autopilot", sedang pikiran kita entah memikirkan, mungkin, akan naik apa nanti ke kantor, menu makan siang kali ini bagaimana, minggu ini jadwalnya mau pergi kemana, dan sederet hal-hal berlompat-lompat ria dipikiran kita. Mulai sekarang, nikmati apa yang SAAT INI kita kerjakan, fokus pada persembahan terbaik pada momen-momen kekinian itu. Ketika sedang bernafas, sadari betul kita sedang bernafas. Karena kesadaran penuh, hidup akan menjadi seimbang. Dan memunculkan kebersyukuran.
Beban itu, mau ringan cuma sekilo kalau kita angkat lama tanpa istirahat, yang ada beban itu bisa terlepas dari tangan karena ga kuat akibat kram. Beda dengan beban 20 kilo yang kita angkat, tapi menyiapkan beberapa waktu untuk rehat sejenak, lalu diangkat lagi. Tentu berbeda hasilnya. Begitulah, tidak ada beban yang terlalu berat. Yang ada hanya pengelolaan diri dalam menanganinya. Yes, All you need is love rest. a Healthy Rest. Loh emang ada rest yang gak healthy?, adaa. Leyeh-leyeh depan TV, tiduran sambil baca buku, sambil telfonan, itu namanya passive rest. Gak masuk hitungan istirahat karena pikiran dan jiwa masih melanglang buana kemana-mana. Cuma body aja yang diam/rest, tapi nggak mindfulness. Gak heran kalau minggu kamu cuma gegoleran aja, pas sore kamu tetep capek dan ngelihat hari senin udah kayak apaan tau. Mager! Males gerak. Istirahat yang sehat itu ya tidur. Merem.
Pernah salah memilih respon dalam suatu keadaan?
Pernah nyesel gara-gara salah memilih respon dalam suatu keadaan? Saya pernah banget. Entah itu salah ngomong, langsung nyamber, salah pilih respon pokoknya. Dan itu sangat nggak enak. Dan yang ngeselinnya, hasil respon itu kadang adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi hidupmu. Pasti pernah denger kan, "Diam itu emas" atau sebuah hadis yang berbunyi "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, ...." - Sahih Bukhari. Dan yang kau butuhkan dalam meraih konsentrasi penuh dalam setiap aktifitasmu ternyata adalah mengalokasikan waktu untuk DIAM. Kalau jaman masih kecil mungkin ketika kita diejek teman, tanpa tedeng aling-aling kita langsung memberikan respon, otomatis. Nah sekarang, mari kita alokasikan waktu untuk diam, ngapain? ya belajar mencerna rasa. Menenangkan hati. Sehingga nantinya, kita mampu meraih bahagia dalam segala rasa. Baik sedih maupun duka. Lho kok bisa bahagia dalam sedih? Ya bisa, karena kita sudah melewati batas ingin, menciptakan standar baru dalam hidup bahwa bahagia bukan karena senang, tapi karena ridha atas apa yang sudah diberikan Tuhan. *Peluk diri sendiri*
Dulu pas SMP pernah ikut kegiatan pencak silat. Saat itu memang ada pelajaran pernafasan dengan gerakan tertentu, memusatkan pikiran pada gerakan dan nafas. Dan ternyata tak berbeda dengan meditasi. Meditasi bukan ajang visualisasi, mikirin rumah mewah, mobil, jalan-jalan keluar negeri, bukan, kita tidak membicarakan Law of Attraction. Meditasi adalah media untuk hidup pada saat ini. Berlatih sadar. Selama ini, manusia mengklaim dirinya terlalu sibuk dan memiliki segudang pekerjaan yang harus diselesaikan. Meditasi mengajarkan untuk utuh di sini, saat ini, sekarang. Katakan selamat tinggal pada momen, di kerjaan inget liburan, lagi liburan inget kerjaan. Atau yang lebih mengenaskan, saat ibadah pikiran mikirkan yang lain, bahkan tak punya luang waktu untuk memanjatkan doa-doa. Huft. Katanya banyak masalah, tapi nggak mau "diam". Katrok! *ngomong ama kaca*
Kelas meditasi ini memberikan pandangan baru tentang "waktu kok kayaknya cepet banget ya", waktu lima menit ternyata nggak cepet. Lima menit ya lima menit. Suruh merasakan nafas lewat pernafasan perut, mata tertutup, konsentrasi pada setiap udara yang masuk dan keluar setiap pikiran mengajak anda menjelajahi roda hidup yang rutenya maju mundur kelak kelok ditambah aneka ragam distraction mulai suara hp sampai suara nafas mas-mas sebelah saya. Asli, itu 5 menit terlama yang pernah kulalui.
Sejenak hening. Adalah hal yang kau butuhkan, unuk itu alokasikan. Sejenak hening bukan lari dari masalah, namun sebaliknya. Diam memberikan begitu banyak pelajaran, menumbuhkan rasa sabar dan kebersyukuran. Hening, memberikan kesempatan pada kita untuk sadar bahwa begitu banyak nikmat bahagia yang Allah beri kepada kita namun kita lepas begitu saja. Lalu mengklaim dalam ketergesa-gesaan dan kecemasan, bahagia kan kau dapatkan. Sampai tak jarang banyak diantara mengabaikan kesehatan dan mengerjakan hal yang tidak didambakan, lalu berujung pada situasi menyalahkan keadaan.
Marilah kita hidup dalam sebuah keadaan sekarang. Hadir utuh dalam setiap kesempatan. Maka kau akan sadari bahwa betapa Tuhan ternyata menyisipkan begitu banyak sebab untuk kita bahagia.
We are human being. Not human doing. Mari kita sejenak (saja) Hening.
Pengirim:
Silmina Ulfah
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan artikel, foto atau video seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Advertisement