Sukses

Kisah Pilu di Balik Ritual Seks Gunung Kemukus

Gunung Kemukus, Saksi Bisu Ritual Seks itu kini tiba-tiba populer lagi.

Citizen6, Jakarta Gunung Kemukus di Sragen, Jawa Tengah, mendadak jadi perbincangan banyak orang. Bukan karena panorama alamnya yang indah melainkan ritual seks yang biasa terjadi di gunung tersebut. Seorang jurnalis asing dari situs berita Daily Mail mengungkapkan para peziarah biasa melakukan ritual seks di gunung tersebut untuk mendapatkan keberuntungan. Namun, tak banyak yang tahu kisah sedih pemicu ritual seks tersebut.

Dikisahkan Pangeran Samodra yang berasal dari kerajaan Majapahit, jatuh cinta pada ibu tirinya sendiri, Dewi Ontromulan. Kisah cinta terlarang tersebut terbongkar oleh ayahnya. Pangeran Samodra kemudian diusir dan melanglang buana sampai berhenti di sebuah bukit yang kelak dinamakan Gunung Kemukus. Ternyata Ontrowulan nekat melarikan diri dari istana demi mencari pujaan hatinya. Ontrowulan pun menemukan Pangeran Samodra di Gunung Kemukus. Ibu dan anak yang tengah dilanda asmara ini pun melepas kerinduan setelah sekian lama tak bertemu.

Malang, belum sempat memadu kasih, mereka dihakimi masyarakat sekitar. Masyarakat merajam mereka beramai-ramai hingga keduanya menemui ajal. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Pangeran Samodra berpesan, “Jika ada orang yang bersedia melakukan hubungan badan dengan orang yang sama 7 kali pada hari pasaran, keinginan orang tersebut akan terpenuhi.” Pasangan kekasih yang mati merana ini kemudian dimakamkan di satu liang lahat.

Dari kisah cinta memilukan itulah ritual seks Gunung Kemukus lahir. Masyarakat kemudian percaya, jika ingin memperoleh kekayaan, maka seseorang harus berhubungan badan di tempat terbuka dengan pria/wanita yang bukan pasangan sah serta melakukan selamatan di gunung tersebut sebanyak tujuh kali.

Kini Gunung Kemukus populer hingga menarik wisatawan lokal. Mereka yang melakukan ritual seks mulai dari pria beristri, pejabat, hingga pekerja seks komersial (PSK). Kawasan tersebut pun kerap dijadikan tempat prostitusi. Ironisnya, pemerintah setempat justru menarik pungutan kepada wisatawan yang ingin memasuki tempat tersebut. Bahkan, pihak ‘keamanan’ setempat akan dengan sigap mengamankan proses ritual pengunjung, termasuk prosesi seksual tak resmi mereka di tempat terbuka.

 

 *Foto diambil dari http://kelanakecil.wordpress.com/2012/07/11/ini-karena-penasaran/