Citizen6, Jakarta Pernah melihat gambar wajah seseorang yang dibatasi bidang-bidang dan dipenuhi dengan warna-warna ngejreng? Atau malah sering melihat tetapi belum tahu sebenarnya itu gambar apa?
Adalah Wedha’s Pop Art Potrait atau biasa disebut WPAP, style seni pop art yang dipopulerkan oleh Wedha Abdul Rasyid, seniman grafis Indonesia. Seni pop art ini memiliki keunikan dalam penggambaran objek. Objek gambar dipecah sesuai faset wajah dan warna-warna yang beragam tetapi dapat menciptakan harmoni warna yang menarik.
Pada tahun 1990an, Wedha merasakan gelisah dalam menggambar figur manusia yang realistis dan detail karena berkurangnya daya penglihatan seiring bertambahnya usia. Mulai dari situ, Wedha berpikir untuk menggambar figur manusia dengan cara yang lebih mudah.
Dia membayangkan sosok manusia dalam kumpulan bidang datar yang dibatasi garis-garis (aliran kubisme). Dalam pembuatan seni ini Wedha melalui proses yang panjang, mulai dari membuat manual sampai akhirnya ke digital.
Advertisement
Saat ini, WPAP semakin popular dalam dunia seni Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya komunitas WPAP yang dibentuk di Indonesia, mulai dari Jakarta, Bandung, Semarang, Suranaya, Makassar, Medan, Aceh, dan kota lain. Bahkan yang lebih membanggakan WPAP sudah dikenal oleh dunia internasional sebagai seni buatan orang Indonesia. Dari keterbatasan menjadi karya yang meluas tanpa batas.
Nah buat kalian yang tertarik buat belajar WPAP bisa gabung komunitas di kota kalian. Seperti saya, tiga bulan yang lalu baru bergabung di komunitas WPAP Semarang dan kita ada pertemuan rutin buat belajar bareng dan berbagi info, seru banget pokoknya.
Atau kalian bisa gabung di grup Facebook “Belajar WPAP Yuk” (yaitu grup online WPAP seluruh Indonesia. Keren banget deh, di situ banyak banget hasil-hasil karya yang keren, tutorial, tips, trik, pokoknya kalian bisa tanya apa aja mengenai WPAP, dan kalian bisa upload hasil karya kalian yang nantinya akan dinilai dan diberi arahan oleh anggota lain.
Beberapa karya komunitas WPAP
Selamat nge-WPAP!
Penulis:
Kukuh Mujiono
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Diponegoro