Citizen6, Jakarta Filosofi Kopi selalu menjadi sesuatu yang asyik untuk diobrolkan. Tak peduli dimana tempatnya. Di pos kamling, di warung angringan kakilima pinggir jalan, hingga kedai kopi modern yang ada di mal-mal mentereng. Barangkali tak berlebihan jika dikatakan bahwa kopi bukan lagi sekedar minuman, dan ngopi bisa disebut telah menjadi gaya hidup, bahkan status sosial.
Awalnya, dua kata tercetak tebal: “Filosofi Kopi” di sampul buku bernuansa coklat klasik itu tiba-tiba menarik perhatianku. Ada lagi tulisan: “Dee” tercetak dengan ukuran font yang lebih kecil, rupanya inilah nama sang penulis. Di sampul belakang terpampang nama yang tak asing: Goenawan Mohamad.
Nama yang membuat saya jadi tak ragu membungkus satu untuk di bawa pulang. Dia menulis kata pengantar untuk antologi itu dengan kalimat: “Tidak ruwet, bahkan terang benderang, tak berarti tanpa isi yang menjentik kita untuk berfikir.” Betapa mungkin sebuah filosofi dikatakan terang-benderang? Ah sungguh bikin panasaran, menggemaskan!
Advertisement
Pengirim: MangKoko
Twitter: @andana1928