Citizen6, Jakarta Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret menjadi salah satu tonggak sejarah awal masuknya Orde Baru. Surat tersebut dipercaya menjadi kekuatan hukum bagi Soeharto untuk "mengamankan" situasi kondisi saat itu. Supersemar yang menurut ceritanya merupakan mandat dari Soekarno kepada Soeharto, nyatanya hingga kini belum ditemukan naskah aslinya.
Arsip yang disimpan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), berdasarkan penuturan Azmi selaku Direktur Pengolahan Arsip dalam artikel yang dimuat di Kompas (10/03/2015) memiliki tiga versi. Versi pertama, diterima dari Sekretariat Negara berjumlah 2 lembar dengan kop Burung Garuda, dibawahnya tertera nama dan tanda tangan "Sukarno".
Versi kedua, diterima dari Pusat Penerangan TNI AD dengan ketikan yang kurang rapi, selembar surat berkop Burung Garuda tersebut sudah menggunakan Kaidah Bahasa Indonesia terbaru dengan nama dan tanda tangan berbeda yang tertera di bawahnya "Soekarno".
Advertisement
Versi terakhir diterima dari Yayasan Akademi Kebangsaan, selembar surat yang sudah robek dan tidak utuh ini tidak memiliki kop surat yang jelas dengan tanda tangan "Soekarno" yang berbeda dengan dua versi lainnya.
Kerjasama ANRI dengan Pusat Laboratorium Bareskrim Polri melakukan pengujian baik terhadap kertas, tinta, pita mesin tik hingga ciri-ciri fisik yang tampak dan menyatakan bahwa ketiga versi Supersemar tersebut tidak otentik. Lantas dimana keberadaan surat sakti tersebut?