Sukses

Tebing Tengkorak Suku Padwa Buat Kagum yang Melihatnya

Tak banyak orang yang tahu tempat ini. Namun sekali berkunjung, pasti Anda ingin datang lagi.

Citizen6, Jakarta Kakurandir dan Mukofdi menjadi kenang-kenangan kaum Padwa. Di sudut Biak, keduanya disapa tebing tengkorak.

Pulau Biak di utara Papua terasa begitu jauh, begitu asing, begitu misterius. Jarang yang berujar mengenai pulau ini, tapi bagi saya, Biak menjadi pembangkit kenangan. Menyambangi negeri pesisir ini mengingatkan saya akan Sorong, sebuah kota kecil yang makin bergema karena ketenaran Raja Ampat. Sorong adalah kota kelahiran saya, dan selama beberapa tahun saya tinggal di sana. Jadi ketika tiba di Biak, saya seperti pulang ke rumah. Menyeruput segala instrumen kehidupan yang dulu pernah saya rasakan. 

Biak sendiri sebenarnya memiliki keunggulan di wisata pantai. Jeezz, pantai-pantainya keren banget, kapan-kapan saya akan cerita. Kalau sekarang lebih tertarik untuk bahas satu kampung dekat Desa Urfu, namanya Kampung Padwa. Kampung ini dihuni Suku Padwa, yang membuat suku ini istimewa karena mereka hidup dengan membangun rumah terapung di atas perairan. Mengingatkan kita akan suku Bajao di Sulawesi.

Tidak berhenti di situ saja keunikan suku ini, mereka punya tradisi tak lazim. Ketika kebanyakan orang menguburkan jenazah dalam liang kubur, kaum Padwa meletakkan jasad dalam peti mati dari kayu kemudian dibiarkan mengering, terkelupas kulit dan daging, lantas menyisakan tulang-belulang. Prosesnya berlangsung secara manual, memanfaatkan efek uap air asin.

Nah, setelah tinggal tulang dan tengkorak lalu diangkut dan diletakkan di tebing-tebing batu, tepat di pinggir pantai. Dua tebing utama bernama Kakurandir dan Mukofdi menjadi tempat peristirahatan terakhir orang-orang Padwa.

Selengkapnya

Pengirim:

Lia Picauly

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini