Sukses

Mereka yang Mati Sebagai Jurnalis

Kematian para jurnalis yang hingga kini belum ditemui titik terangnya. Siapa sajakah?

Liputan6.com, Jakarta Tahun 1933, PBB menetapkan tanggal 3 Mei sebagai Hari Pers Internasional. Penetapan ini ditujukan untuk mempertahankan kebebasan berpendapat, kebebasan pers, serta melindungi wartawan dan memperingati mereka yang mati karena menulis berita.

Setiap tahun dunia memperingati hari kebebasan pers internasional ini. Begitu pula dengan Indonesia, seperti tahun lalu, AJI (Aliansi Jurnalis Indonesia) di beberapa tempat, seperti Bandung melakukan aksi menuntut diusutnya kasus kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia, yang selalu 'terhenti' tanpa penjelasan. Seperti kasus kematian wartawan Udin pada 1996, yang hingga kini tidak kunjung terpecahkan. 

Jika kita boleh mengulik kembali para jurnalis dengan misteri kematian yang belum terungkap seperti halnya kasus wartawan Udin. Siapa sajakah mereka?

1. Fuad Muhammad Syafriuddin alias Udin, jurnalis Harian Bernas Yogyakarta, tewas di tangan orang tak dikenal pada Agustus 1996.

2. Naimullah, jurnalis Harian Sinar Pagi, ditemukan tewas di Pantai Penimbungan, Kalimantan Barat tahun 1997.

3. Agus Mulyawan, jurnalis Asia Press tewas tahun 1999 di Timor-Timur.

4. Muhammad Jamaluddin, kameramen TVRI yang bekerja dan hilang di Aceh tahun 2003

5. Ersa Siregar, jurnalis RCTI tewas 29 Desember 2003 di Aceh.

Bukan hanya lima nama diatas masih ada nama-nama lain, yang juga pula kematian mereka tidak diperhitungkan dengan serius untuk diselidiki lebih dalam. Akankah di era pemerintahan terkini ini, gembar-gembor kebebasan pers dan perlindungan terhadap wartawan akan lebih disorot?

Â