Sukses

Menghitung Mirisnya Kondisi Perbukuan Indonesia

Ungkapan bahwa mitos baca kita yang rendah nampaknya bukan sekedar isapan jempol belaka.

Citizen6, Jakarta Buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Ungkapan tersebut seringkali kita temukan terpampang di atas tembok sekolah-sekolah atau perpustakaan. Tulisan itu tampaknya bermaksud untuk memotivasi kita untuk membaca buku dan memahami arti penting buku dalam kehidupan ini. Namun, seringkali ungkapan hanya menjadi sekedar ungkapan yang dipajang sebagai pemanis ruangan.

Buku, lembar-lembar kertas yang berisi beragam informasi dan cerita ini nampaknya belum menjadi sebuah kebutuhan untuk menghilangkan dahaga akan ilmu pengetahuan bagi mayoritas penduduk kita. China, menurut data terakhir dari International Publisher Association, pada tahun 2013 dengan jumlah penduduk sekitar 1.3 miliar jiwa menerbitkan 440.000 judul buku. Jika dengan perbandingan yang setara, maka Indonesia yang berpenduduk sekitar 240 juta seharusnya mampu menerbitkan sekitar 80.000 judul buku. Tapi nyatanya kita hanya mampu menerbitkan sekitar 30.000 judul buku per tahun. 

Kunjungan ke Perpusnas selama tahun 2014 tercatat sebanyak 483.635 kunjungan. Dengan asumsi bahwa pengunjung adalah individu yang berbeda dan mayoritas penduduk ibukota, maka hanya sekitar 0.05% warga Jakarta yang mengunjungi perpustakaan. Cukup sepi bukan jika kita membandingkan dengan pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan yang berderet sekian ratus di ibukota.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat baca, jumlah penerbitan teruslah digencarkan bisa juga oleh kita. Misalnya, di Hari Buku Nasional ini mengapa tidak kita menghadiahi buku atau bertukar buku dengan seseorang? Bagaimana menurutmu?

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini