Citizen6, Semarang Anak-anak seharusnya mendapatkan kehidupan yang layak dari orangtuanya, tinggal di lingkungan sehat, sehingga mereka belajar dan bermain sesuai dengan seharusnya. Namuni tidak semua anak mendapatkan haknya. Anak-anak yang tinggal di lingkungan marjinal yang keras di kelurahan Gunung Brintik, Semarang misalnya.
Sebagian besar anak di wilayah tersebut dieksploitasi oleh orangtuanya untuk bekerja sebagai pengamen dan penjual koran di jalanan. Oleh karena itu, empat mahasiswa Universitas Diponegoro, yaitu Dewi Nur Cahyaningsih, Meriza lestari, M. Aulia Fachrudin dan ahmad sibghatullah bergerak bersama untuk membuat suatu program kreativitas mahasiswa pengabdian masyarakat (PKM-M) Dynamic Learning.
Baca Juga
Ketua Tim Dewi Mengatakan, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-M) Dynamic Learning bertujuan untuk meningkatkan kelas sosial masyarakat yang terpinggirkan. Caranya, dengan memberikan pendidikan karakter anak mengenai nilai agama, pengenalan pola perilaku hidup sehat, pengetahuan umum. Selain itu juga memberikan pemahaman kepada orangtua untuk peduli terhadap perkembangan anak dan tidak dieksploitasi untuk turun ke jalan.
Advertisement
Dengan metode Lima Pilar "Motivasi, agama, teknologi, kewirausahaan dan nasionalisme”, metode tersebut digunakan berdasarkan cara-cara edukatif melalui media film motivasi, mengajar, dan games. Rentang waktu pelaksanaan kegiatan tersebut dari bulan Maret s/d Juni.
“Sasaran dan tempat program Dynamic Learning adalah anak-anak usia Sekolah Dasar yang berlokasi di lingkungan pemukiman jalanan. Kami menyasar dua fokus sekaligus, yaitu society character untuk anak dan pelatihan e-commerce untuk orangtua.
Harapannya dengan fokus sasaran tersebut, kita dapat menemukan alternatif penanganan masyarakat jalanan sehingga orang tus tak lagi mengeksploitasi anak. Dengan pelatihan dan pendampingan usaha terhadap orangtua anak kami mencoba meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup mereka".ujar Rudi salah satu anggota tim.
“Program Dynamic Learning memiliki tahapan-tahapan, yaitu tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring serta evalusi. Kegiatan yang sudah berjalan beberapa bulan ini mulai memberikan hasil. Prosentase anak-anak yang turun ke jalan mulai berkurang. Orangtua pun merasa senang ketika kami bantu membuat usaha hingga produk yang dihasilkan dijual dipasaran”. Tambah Meriza.
Ketua RT, kelompok ibu-ibu PKK, sangat senang dan mendukung agar program ini berkelanjutan dan bisa diterapkan di daerah lain. “Kepada para mahasiswa diharapkan untuk dapat membantu memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat untuk tidak mengeksploitasi anak ," ujar ketua PKK ibu Ayu.
Pengirim:
M Aulia Fachrudin
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini