Citizen6, Jakarta Sejauh mana Anda masih mengenal lagu-lagu daerah di Indonesia? Masih ingatkah Anda dengan lagu-lagu daerah berikut: Cik-cik Periok, Angin Mamiri, Sapu Tangan Babuncu Ampat, dan lain-lain?
Perkembangan zaman membuat lagu-lagu daerah kalah populer dibanding lagu-lagu dari Barat sana. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lagu daerah membuat sejumlah seniman merasa perlu mengangkat lagu daerah tersebut dengan nuansa berbeda. Hal itulah kiranya yang dilakukan The Swing Boss Jazz Band.
Sabtu, (04/07/2015), The Swing Boss Jazz Band mencoba menarik kembali minat masyarakat akan lagu daerah dengan mengaransemen lagu daerah ke dalam nuansa swing, jazz dan bossanova di auditorium Galeri Indonesia Kaya. Pada pertunjukan tersebut, lagu-lagu daerah yang diangkat dikhususkan pada lagu daerah Sulawesi dan Kalimantan.
Advertisement
Kalayar, Tondok Kadadiangko, Cik-cik Periok, Angin Mamiri, hanyalah segelintir dari lagu daerah yang dibawakan dengan suasana jazz oleh The Swing Boss Jazz Band. Hentakan nada, petikan bass, dan alunan saxophone membuat penonton terpukau dengan penampilan band jazz yang satu ini.
The Swing Boss Jazz Band tak tampil sendiri. Pada kesempatan tersebut, band tersebut juga berkolaborasi dengan musisi-musisi jazz Indonesia yang mumpuni, sebut saja Sion Brothers Acapella, Ronald Pardede, serta Syaharani.
Lagu Angin Mamiri diolah sedemikian rupa oleh The Swing Boss, tambahan lagi vokal Syaharani yang melengking membuat penonton ingin turut menari. Saat Cik-cik Periok dibawakan, Syaharani dan Ronald Pardede mengajak penonton turut bernyanyi. Memaksa penonton menggali kembali ingatan mereka akan lagu daerah yang pernah dipelajari sewaktu di bangku sekolah. Wajah puas tampak dari para penikmat seni setelah menyaksikan pertunjukan musik yang berlangsung selama 65 menit tersebut.
Nama Swing Boss sendiri berasal dari paduan kata Swing dan Bossanova, yakni dua genre jazz yang melegenda. Jazz Band yang didirikan sejak Mei 2014 oleh tujuh sahabat karib ini mengaku, proyek mengangkat lagu daerah Sulawesi dan Kalimantan hanya memakan waktu dua minggu. Meski awalnya sedikit kesulitan mengubah aransemen lagu-lagu yang bernuansa asli daerah masing-masing menjadi jazz, mereka mengaku tertantang dengan proyek ini.
"Kami sengaja mengangkat lagu-lagu daerah yang sudah familiar dengan tujuan untuk mengingatkan kembali. Jadi ketika yang dari Indonesia bagian Barat atau Timur mendengarnya, mereka tak kesulitan untuk menikmati musik tersebut," ungkap Yakob, salah satu personil The Swing Boss ditemui di Galeri Indonesia Kaya.
Konsep unik yang ditawarkan The Swing Boss juga dipuji oleh Syaharani yang berkolaborasi pada waktu itu. "Saat diajak berkolaborasi, tanpa pikir panjang saya langsung setuju. Sebagai orang Indonesia kita mesti turut bangga dan menjaga kelestarian kekayaan budaya kita," jelas Syaharani.
Ke depannya, The Swing Boss Jazz Band berniat mengangkat lagu-lagu anak-anak klasik Indonesia dengan aransemen jazz klasik. Dengan demikian, budaya Indonesia yang beragam dan unik dapat diperkenalkan lebih jauh lagi ke khalayak luas. (sul/kw)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini