Citizen6, Jakarta Apa yang paling mudah kamu ingat dari rambut gimbal? Musik reggae, Bob Marley atau Mbah Surip? Rambut gimbal memang identik dengan hal-hal tersebut, namun sejarahnya merentang lebih jauh ke belakang. Rambut yang dibiarkan tumbuh memanjang tanpa perawatan hingga akhirnya membentuk gimbal ternyata berkait dengan praktik spiritual berabad-abad silam.
Tengoklah sosok Tutankhamen, Firaun dari Mesir Kuno atau bahkan Dewa Shiwa yang juga memiliki rambut gimbal. Rambut gimbal dipercaya menahan energi tubuh yang keluar melalui kepala atau ubun-ubun. Seperti halnya kisah Samson dan Delilah dimana kekuatannya hilang saat rambutnya dipotong. Di Indonesia sendiri khususnya kawasan Dataran Tinggi Dieng, anak yang lahir dengan rambut gimbal dipercaya sebagai anugerah dewa. Ketika beranjak remaja kemudian diadakan ritual memotong rambut mereka untuk kemudian disucikan dengan air dari sumur Maerokoco di kawasan Candi Dieng.
Pada tahun 1914, Marcus Garvey mendirikan The Universal Negro Improvement Association, yang merupakan gerakan untuk membangkitkan kebanggaan kulit hitam. Sejak itulah rambut gimbal memiliki nilai politis pergerakan. Marcus memperkenalkan gerakan religius dan membangkitkan kesadaran kulit hitam dengan mengacu pada Al Kitab. Gerakan ini mempercayai bahwa Ras Tafari Makonnen yang dikenal sebagai Kaisar Haile Selassie dari Ethiopia pada 1930-an sebagai Juru Selamat. Oleh karena itu kemudian rambut gimbal identik dengan gerakan Rastafaria ini. Gerakan Rastafaria ini merupakan simbol pemberontakan orang Jamaika terhadap dominasi kolonial kulit putih sehingga mereka memilih tampilan fisik yang menunjukan identitas mereka.
Advertisement
Rambut gimbal kemudian popular setelah Robert Nesta Marley yang lebih dikenal sebagai Bob Marley mengeluarkan album Catch a Fire. Rastafaria menjadi gerakan yang mendunia dan rambut gimbal menjadi ikon dari musik reggae yang diusung oleh Bob Marley. Hingga akhirnya diikuti oleh banyak penggemarnya. Namun kini rambut gimbal barangkali lebih banyak sekedar menjadi tren fashion, jauh dari nilai gerakan politis apalagi spiritual. (rn)
Â