Citizen6, Jakarta Cerita “Peni dan Nogo” merupakan sebuah kisah nyata berasal dari Kampung Lamatuka. Sebuah kampung terpencil di Kabupaten Lembata yang di bangun dari reruntuhan “Tragedi Lepan- Batan” (Peristiwa bencana alam; gempa dashyat *Blero lero* yang disusul tsunami besar *aru bure*, menewaskan hampir sekitar ratusan orang kala itu).
Cerita ini dimulai dengan perjuangan seorang ibu yang selamat dalam tragedi na’as itu. Dengan darah dan keringat, dia membesarkan anak kakak-beradik, Peni dan Nogo. Kedua anak dara itu tumbuh menjadi gadis primadona dengan lakon kharakter yang begitu berbeda. Peni yang lembut, penuh perhatian, sopan dan suka menolong, sementara itu, Nogo yang sedikit agresif, sombong, dan agak angkuh mewakili dua sisi kehidupan berbeda dari rahim yang sama seperti dua sisi pada satu mata uang logam.
Konflik memanas dengan kehadiran Demon, seorang pemuda ganteng bersahaja, yang kemudian terjebak dalam cinta segitiga. Nogo mencintai Demon, tapi Demon lebih mencintai Peni, sedangkan Peni juga mencintai Demon. Seperti dongeng “Bawang Merah dan Bawang Putih”, persaingan merebut hati Demon, membuat Nogo menghalalkan segala cara, termasuk menjebak dan menuduh Peni, saudarinya sebagai seorang “Suanggi” (Suanggi: orang yang dibenci dan diharamkan saat itu, karena memiliki kekuatan ilmu hitam. Biasanya membutuhkan tumbal seperti memakan daging manusia untuk meningkatkan ilmunya).
Advertisement
Pengirim:
Heri Lado