Sukses

Eloknya 4 Danau dengan Warna Berbeda di Tulung Agung

Pengunjung merasa penasaran dengan warna alami yang indah ada di tempat tersebut.

Citizen6, Tulung Agung Harta dari dalam Bumi Tuhan tak ada habisnya membuat takjub manusia. Di kawasan selatan Kabupaten Tulungagung, terdapat empat kubangan air dengan empat warna yang berbeda-beda: Merah, Hitam, Toska, dan Hijau. Kawasan Tulungagung secara geografis memang merupakan kawasan batuan kapur yang kaya minaral.

Sebelum terbentuk empat kubangan yang kini di kenal sebagai danau oleh warga sekitarnya, lokasi danau yang berada di kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung tersebut merupakan area penambangan nikel dan batu alam mineral lainnya. Karena kadar kimianya yang begitu tinggi, kubangan-kubangan bekas tambang yang terisi air hujan tersebut kemudian mengalami perubahan warna secara alami.

Pengunjung merasa penasaran dengan warna alami yang indah ada di tempat tersebut.

Di akhir pekan, danau empat warna ini ramai pengunjung dari sekitar kawasan Tulungagung. Pengunjung rata-rata merasa penasaran dengan warna alami yang indah di setiap kubangan tersebut. Meskipun bebatuan terjal dan jalan yang mendaki hanya setapak, hal terseut tidak menyurutkan niat pengunjung yang ini sekedar menikmati warna danau atau yang ingin berfoto di sekitar danau.

Luas danau rata-rata sekitar 50 m2 dengan kedalaman yang belum di ketahui. Menurut salah seorang juru parkir, rata-rata pengunjung meningkat pada hari minggu atau pada hari kerja sore hari. Untuk memasuki wilayah yang masih berada di sekitar pemukiman warga ini, pengunjung tidak dipungut biaya masuk dan hanya membayar parkir sebesar Rp 3000,- sampai Rp. 5000,- saja.

Sayangnya, keberadaan danau empat warna yang sempat menggegerkan ini nyatanya menimbulkan pro dan kontra di lingkungan warga. Keberadaannya yang masih dikelola sekadarnya oleh penduduk sekitar menjadikan kesadaran akan kebersihan tempat wisata baru ini sangat rendah.

Pengunjung merasa penasaran dengan warna alami yang indah ada di tempat tersebut.

Akibat cuaca yang terik dan keberadaaan pedagang asongan yang menjajakkan makanan dan minuman di sekitar danau tersebut, menyebabkan banyaknya sampah terutama sampah dari botol air minum. Ditambah lagi dengan belum adanya penelitian tentang dampak jika terlalu lama berada di tampat ini sebab aroma dari batuan mineral yang masih sangat kuat, yaitu bau belerang.

Kedepan, semoga masyarakat sekitar daerah wisata kian peduli dengan kebersihan area wisata dan pemerintah segera membuat peraturan untuk daerah wisata baru, baik peraturan mengenai kebersihannya, pengelolaan, maupun peninjauan tentang keamanannya.

Penulis:

Riana Atik Yustiana
Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Asal Tulungagung
FB/ Riana Atik Yustiana

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi soal persahabatan, cinta dan lainnya yuk ke Forum Liputan6