Ini Alasan Orang Zaman Dulu Tidak Tersenyum Ketika Dipotret

Citizen6, Jakarta Jika kamu cukup memperhatikan, kebanyakan potret dahulu kala tepatnya di Era Victoria yakni sekitar abad ke 17 maka kamu akan menemukan bahwa kebanyakan potret tak menampilkan senyum sedikitpun. Kini kita mengenal mulai dari senyum tiga jari hingga duckface untuk beragam gaya berpotret, maka orang terdahulu hanya diam mengatupkan bibirnya.

Mengapa mereka tidak tersenyum ketika dipotret? Ada banyak alasan yang bisa diberikan untuk menjawab hal tersebut, banyak argumentasi yang dimunculkan. Alasan pertama adalah karena mereka tidak ingin memperlihatkan gigi mereka yang rusak. Jadi mengatupkan bibir adalah upaya untuk menutupi kekurangan mereka. Pada zaman dulu satu-satunya cara untuk memperbaik gigi yang rusak atau patah adalah dengan mencabutnya.

Alasan lain adalah lamanya waktu kamera untuk mengambil gambar. Pengambilan gambar bisa memakan waktu sekitar 60-90 detik yang notabene cukup melelahkan untuk menahan pose tawa selama itu. Daripada mengambil resiko hasil yang jelek, lebih baik untuk diam karena pose tersebut tentu saja lebih mudah. Mengingat pengambilan gambar kala itu masih merupakan barang mewah dan mahal.

Namun alasan sebenarnya mereka tidak mau tersenyum ketika dipotret adalah karena mereka tidak mau tampak bodoh dan konyol. Tawa dan senyum kala itu lebih banyak dikaitkan dengan orang bodoh, miskin, atau pemabuk. Tentu saja mereka tidak mau dikenang dalam sejarah sebagai orang yang konyol. Jika kamu pernah menonton A Million Ways to Die in West yang diperankan oleh Charlize Theron dan Seth McFarlane maka kamu akan menemukan dialog soal ini.

Mark Twain merangkumnya dengan pernyataan “A photograph is a most important document, and there is nothing more damning to go down to posterity than a silly, foolish smile caught and fixed forever”. Jadi, terbayangkah apa yang akan dikatakan Mark Twain jika melihat pose duckface yang kini menjadi trend? (rn)