Citizen6, Jakarta Peristiwa Gerakan 30 September merupakan salah satu sejarah kelam yang dimiliki bangsa Indonesia. Peristiwa yang hingga kini masih menyisakan misteri itu, merenggut banyak nyawa baik dari kalangan militer (jendral) maupun sipil. Perdebatan pun bergejolak, terkait siapa yang mendalangi tragedi itu. Hingga kini, tampaknya bangsa kita masih malu-malu kucing untuk membicarakan perkara September 1965 tersebut secara gamblang. Namun jangan khawatir, untuk membantu kita memahami peristiwa tersebut, berikut ini beberapa film yang wajib kamu tonton agar kamu tidak melupakan sejarah bangsa sendiri :
1. Pengkhianatan G30S/PKI
Baca Juga
Advertisement
Kita bisa dan biasa menyebut film ini sebagai propaganda pemerintah yang berkuasa kala itu. Film yang disutradarai dan ditulis oleh Arifin C. Noer dan sejarawan Nugroho Notosusanto ini, berhasil memperoleh 7 nominasi di ajang Festival Film Indonesia 1984. Film yang menjadi tontonan wajib setiap malam 30 September selama 13 tahun ini mengajarkan kita untuk membenci komunis dengan segala atributnya. Kisah yang ditampilkan adalah sejarah kelam malam 30 September 1965 dengan kekejaman yang diceritakan versi pemerintah.
The Year of Living Dangerously
2. The Year of Living Dangerously
Film ini dibintangi oleh Mel Gibson yang berperan sebagai seorang jurnalis yang ditugaskan di Indonesia. Judul film diambil dari judul pidato Soekarno pada peringatan kemerdekaan Indonesia tahun 1964. Film ini sempat dilarang tayang di Indonesia hingga tahun 1999, pasca mundurnya Soeharto dari kursi presiden yang telah 32 tahun dia duduki. Meskipun berlatar belakang tragedi September 1965, nyatanya pembuatan film ini berlokasi di Australia & Filipina.
3. Shadow Play
Film dokumenter yang satu ini menjadi salah satu film yang cukup komprehensif memaparkan situasi kondisi 1965. Bukan saja politik internal negara Indonesia, pun pengaruh dari situasi global kala itu diterangkan secara objektif. Melalui film arahan Chris Hilton dengan dibantu oleh Linda Hunt & Pramoedya Ananta Toer, kamu bisa menemukan sisi lain dari tragedi 1965 secara gamblang dan jelas. Film ini di-release pertama kali pada tahun 2003 di Singapura.
4. 40 Years of Silence : An Indonesian Tragedy
Film dokumenter arahan seorang antropologis, Robert Lemelson ini memotret dampak pada individu akibat kejadian di tahun 1965. Pengambilan gambar dilakukan selama rentang waktu 2002-2006 di wilayah Jawa dan Bali sebagai daerah paling terdampak. Film yang mengambil perspektif korban dalam pembantaian yang diperkirakan menelan 500.000 hingga jutaan nyawa ini, tayang pertama kali pada 2009 di Amerikan Serikat, dan sangat terbatas untuk bisa tayang di Indonesia.
Advertisement
Jagal
5. The Act of Killing (Jagal)
Di tengah persoalan tragedi 1965 yang mulai terlupakan, film besutan sutradara Joshua Oppenheimer ini cukup menggebrak massa. Film dokumenter ini mengajak kita untuk menemui individu-individu yang menjadi “jagal” bangsanya dan bagaimana mereka melakukan pembunuhan tersebut. Film ini dengan tegas memotret bahwa penumpasan PKI di tanah air adalah bentuk heroisme yang diamini oleh masyarakat.
6. The Look of Silence (Senyap)
Film dokumenter ini kemudian menjadi kawan dan lawan dari film sebelumnya yakni Jagal. Jika sebelumnya sang sutradara mengambil kacamata sang pembunuh, maka kini sutradara membawa kita menyelami sudut pandang sang korban. Adi, adik dari salah satu korban pembantaian 1965 menemui orang-orang yang dinilai turut serta dalam pembunuhan kakaknya yang dituduh PKI. Film arahan Oppenheimer ini sangat mungkin untuk membuat kita merinding menyadari kekejaman yang pernah kita lakukan pada bangsa sendiri. The Look of Silence menang dalam Venice Film Festival di tahun 2014 dalam kategori Grand Jury Prize.
Melalui ke enam film tersebut kita melihat bagaimana tragedi September 1965 sebagai tragedi paling berdarah dalam sejarah Indonesia dari kacamata pemerintah berkuasa kala itu hingga individu yang terlibat baik sebagai korban atau bukan. Dengan belajar dari sejarah tersebut kita bisa bercermin, kondisi bangsa kita saat ini tak lepas dari sejarah yang membentuknya. (rn)