Sukses

Curhat Gojek: Pendapatan 8 Juta Tinggal Cerita

Saingan yang banyak membuat pendapatan yang tinggi hanya tinggal cerita.

Citizen6, Jakarta Pendapatan pengemudi Gojek sebesar Rp 8 juta per bulan membuat karyawan kantoran iri. Jika dulu ada karyawan yang resign banting stir jadi pengusaha, empat sampai enam bulan yang lalu kondisi tersebut telah berubah. Mereka ramai-ramai mendaftar jadi supir ojek. Ada juga yang memilih tetap bekerja di kantor tapi mengambil pekerjaan sampingan jadi supir ojek di Gojek.

Para pengemudi sendiri yang mengakui kalau pekerjaan menjadi supir ojek tak `senistah` dulu. Semenjak ada Gojek dan ojek berbasis online lainnya, profesi sebagai supir ojek tak bisa dipandang sebelah mata. Kehidupan mereka mengalami perubahan. Untuk menghidupi tiga orang anak yang masih kecil-kecil terasa lebih ringan.

Mahasiswa atau anak muda yang berasal dari keluarga kaya pun ada yang menjalani pekerjaan sebagai supir ojek dan tak malu dipanggil dengan sebutan abang ojek. Bedanya, motor mereka lebih besar CC-nya, sepatunya bermerek, aroma tubuh lebih wangi, dan jam tangan yang tak kalah canggih dari ponselnya.

Namun dari pengemudi jugalah saya mengetahui kalau sekarang rada susah mendapat uang sebesar itu. Mereka berharap pendapatan pengemudi Gojek sebesar Rp 8 juta per bulan tak menjadi cerita lalu semenjak penerimaan besar-besaran di Senayan dua bulan lalu.

Dalam sebulan ini saya mendapat curhatan seperti itu dari tiga atau empat orang pengemudi Gojek. Seperti biasa, saya selalu mengajak pengemudi Gojek ngobrol atau sebaliknya biar perjalanan tak terasa lama.

Sebut saja Pak Irwan, 43 tahun, dulunya adalah seorang karyawan biasa yang digaji sebesar Rp 4,5 juta tiap bulan. Tahu kalau pendapatan di Gojek lebih besar, Pak Irwan pilih resign dan mencoba keberuntungan di Gojek. Tiga bulan pertama, April sampai Juli, Pak Irwan merasakan betul gaji besar itu. “Alhamdulillah, Dek, kebantu banget.”

Strategi Pak Irwan, begitu keluar di pagi hari mencari orderan dengan jarak yang cukup jauh. Mendekati sore sampai malam, sebisa mungkin paling jauh hanya 10 kilometer. Namun strategi itu berubah kala jumlah driver Gojek bertambah.

“Sekarang jumlahnya membludak, dek. Apalagi sekarang di beberapa titik sudah ada Gojek yang bikin pangkalan sendiri. Kalau saya nyelak, saya enggak enak. Tapi ngaruh banget ke pendapatan saya,” kata Pak Irwan. Itu dulu. Beda ceritanya dengan sekarang. Menyadari kalau beginilah pekerjaan sebagai pengemudi Gojek, Pak Irwan pun main ambil saja begitu ada orderan masuk ke ponselnya. “Rada nggak enak juga sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi?”

Cerita selengkapnya, baca langsung di sini

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Terkini