Sukses

Bulan Terbelah di Langit Amerika: Mencari Kebenaran di New York

Gaung kebesaran Kota New York dapat didengar oleh masyarakat di seluruh dunia.

Citizen6, Jakarta Gaung kebesaran kota New York dapat didengar oleh masyarakat di seluruh dunia. Sebagai kota terpadat di negara adidaya, Amerika Serikat, New York tentu menjadi tujuan utama para pebisnis, seniman, dan turis. Hal ini disebabkan karena New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, serta hiburan dunia. Tidak hanya itu, kota dengan julukan City Who Never Sleeps ini adalah markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga memiliki peran besar pula sebagai pusat hubungan internasional. New York terdiri dari lima wilayah: The Bronx, Brooklyn, Manhattan, Queens, dan Staten Island.

Manhattan adalah wilayah terpadat, pusat keuangan, pendidikan, dan atraksi budaya. The Bronx adalah rumah bagi tim baseball terkenal, New York Yankees. Selain itu, Brooklyn terkenal akan pusat selera seni yang beragam. Lalu Queens, sebagai wilayah terbesar, didominasi oleh permukiman kelas menengah. Terakhir, State Island adalah tanah di mana Patung Liberty berdiri dengan kokoh.

Gaung kebesaran kota New York dapat didengar oleh masyarakat di seluruh dunia.

New York memiliki hubungan unik dengan agama Islam. Tragedi runtuhnya Gedung World Trade Center (WTC) tahun 2001 lalu, atau dikenal dengan istilah tragedi 9/11, ini dianggap telah mengoyak hati New York. Tragedi yang menempatkan Osama Bin Laden dari ormas Al-Qaidah sebagai tersangka ini menyebabkan banyak aksi protes menentang Islam dilakukan oleh warga Kota New York. Akan tetapi, siapa yang mengira bahwa tragedi ini telah membukakan pintu lebih lebar dan dalam bagi warga Amerika untuk mengenal Islam.

Gaung kebesaran kota New York dapat didengar oleh masyarakat di seluruh dunia.

The Islamic Culture Centre of New York memiliki peran penting dalam mengemban misi ini. Sebagai salah satu tempat ibadah dan pusat kegiatan komunitas Islam di New York, Islamic Centre banyak mengadakan kegiatan seperti konferensi, weekend school, summer school, atau dialog antar agama secara rutin. Sebagai jantung dari Amerika Serikat, New York menjadi tuan rumah bagi berbagai kelompok etnis muslim untuk berpartisipasi dalam roda perekonomian. Kaum muslim juga membantah tuduhan bahwa tragedi 9/11 merupakan jihad agama. Hal ini disebabkan oleh ajaran dasar Islam mengenai perdamaian.

Pesan perdamaian dan toleransi agama Islam di New York inilah yang coba disampaikan oleh film terbaru Maxima Pictures, Bulan Terbelah di Langit Amerika. Film yang terinspirasi dari buku novel “National Best Seller” berjudul sama karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra ini sengaja memilih New York sebagai setting film. New York dianggap sebagai kota paling tepat untuk menggambarkan betapa spirit toleransi agama penting untuk digaungkan. Film ini bercerita mengenai pencarian jawaban atas sebuah pertanyaan besar “Would the world be better without Islam?”

Kisah ini adalah tentang sepasang suami istri, Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Asyasatya). Hanum adalah seorang jurnalis sebuah koran lokal di Wina, Austria, yang ditugaskan meliput peringatan tragedi 9/11 di New York. Rangga yang sedang menempuh pendidikan S3 di Wina, di sisi lain, diharuskan oleh profesornya untuk mewawancarai seorang hartawan yang berubah menjadi filantropi pasca tragedi 9/11. Kisah Hanum dan Rangga akan semakin berwarna dengan kehadiran Stefan (Nino Fernandez), sahabat Rangga yang berpacaran dengan warga New York bernama Jasmine (Hana Al-Rashid).

Cerita ini dimulai ketika Hanum dan Rangga berangkat meninggalkan Wina, Austria, menuju New York, Amerika Serikat dengan dua misi yang berbeda. Rangga sepat dibuat jengkel oleh Hanum yang terlalu fokus pada pekerjaannya sehingga lupa menikmati pemandangan kota New York.

Kejengkelan Rangga memuncak ketika akhirnya ia merebut map pekerjaan Hanum dan menyebabkannya tertinggal di taksi. Dengan sisa informasi yang ia miliki, Hanum berusaha keras mencari keluarga dari korban tragedi 9/11 untuk dijadikan sebagai narasumber.

Faktanya, tragedi ini menewaskan kurang lebih 3.000 korban yang meliputi kaum muslim dan non-muslim sehingga pencarian narasumber yang dilakukan Hanum harus bisa menutupi dua perspektif dari golongan pro dan kontra. Di saat itulah ia bertemu dengan Azima (Rianti Cartwright), istri dari korban tewas tragedi Black Tuesday ini. Karena Rangga dan Stefan sibuk pada tugas mewawancarai filantropi bernama Philipus Brown, Hanum memperoleh informasi tentang Azima dengan bantuan Jasmine.

Ketika Hanum mendatangi Azima, reaksi Azima adalah marah. Ia tak percaya lagi pada media yang berusaha mewawancarinya untuk mendapat informasi mengenai nasib buruknya. Azima adalah seorang muslimah yang telah kehilangan kebanggaannya pasca tewasnya suami pada tragedi 9/11. Tidak hanya itu, suami Azima dituduh terlibat dlaam aksi terorisme. Melalui bujukan Hanum sebagai sesama muslimah, akhirnya Azima mau membukakan pintu rumahnya untuk Hanum. Informasi dari Azima ternyata belum cukup membuat Hanum berhenti.

Ia mewawancarai pula tokoh pemimpin anti muslim yang melakukan aksi protes penentangan pembangunan masjid di kawasan Ground Zero, bernama Michael Jones. Semua ini Hanum lakukan demi memberi jawaban “Tidak” pada pertanyaan besar artikelnya. Di samping itu, Rangga dan Stefan berusaha keras mewawancarai Philipus Brown. Melalui akal cerdiknya, Rangga berhasil mewawancarai Brown. Tidak hanya itu, bahkan ia diundang ke acara “Hero of The Year” tempat di mana Brown akhirnya mengatakan alasannya menjadi seorang filantropi. Ia mengatakan bahwa ia telah berutang nyawa pada seorang muslim saat tragedi 9/11 terjadi. Muslim yang disebutkan Brown tak lain dan tak bukan adalah suami Azima.

Kisah ini juga melibatkan konflik hati antara hubungan Hanum dan Rangga. Di balik kesibukan dan dua misi yang berbeda, konflik terpecah. Hanum dan Rangga sempat terlibat pertengkaran besar yang menyebabkannya terpisah di New York. Akan tetapi, kekuatan komitmen dan cinta mereka berbuah rasa rindu untuk bersama serta sikap saling memaafkan. Latar cerita ini adalah banyak tempat berbeda di Kota New York. Tempat-tempat populer seperti Time Square, Ground Zero, dan Central Park akan menjadi primadona pada film ini.

Yoen K dari Maxima Pictures menyampaikan optimismenya pada film dengan bujet termahal Maxima Pictures ini. Ia berkomitmen untuk mampu menyampaikan pesan moral yang ada di film ini. Apalagi menurutnya, novel terlaris ini memiliki ide cerita yang luar biasa. “Untuk membuat film yang bagus, kita butuh konten yang bagus. Nah, konten Bulan Terbelah di Langit Amerika ini sangatlah bagus,” ungkapnya.

 

Pengirim:

Santika Wibowo