Sukses

Seni Tari dari Pacitan Tampilkan Performa Terbaik di Mapfest

Satu lagi kesenian khas Pacitan, Jawa Timur yang mulai menapakkan jejak seni budaya di kancah internasional.

Citizen6, Jakarta Satu lagi kesenian khas Pacitan, Jawa Timur yang mulai menapakkan jejak seni budaya di kancah internasional. Adalah tari Ruung Sarung dan tari Kidung Beber, dua tari garapan LKP Seni Pradapa Loka Bhakti (PLB) Pacitan sukses menampilkan performancenya dalam Melaka Arts and Performance Festival (Mapfest) Malaysia 2015, baru-baru ini.

Mapfest 2015 adalah adalah festival seni internasional yang diikuti oleh para seniman dari seluruh dunia dan bertemu di salah satu situs bersejarah terpenting di kota Melaka, yaitu bukit St. Paul, untuk berbagi pengalaman kebudayaan serta bekerjasama dan berkolaborasi menghasilkan inovasi baru dalam bidang seni. Festival ini sendiri merupakan salah satu acara andalan dari kementerian pariwisata dan budaya Malaysia yang diadakan setiap tahun.

Menurut Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) LKP PLB, Deasylina da Ary, dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (7/12/2015) menampaikan bahwa dalam acara utama yang digelar pada 27-29 November 2015 tersebut, PLB berkesempatan untuk mempertunjukkan karyanya yaitu Kidung Beber dan Ruung Sarung dari Pacitan, Jawa Timur.

Selain itu, PLB juga membawakan tari Ngremo untuk memperkenalkan tari tradisional Jatim dalam pementasan mapping. Sementara pada acara puncak, PLB juga berkesempatan untuk berkolaborasi dengan seluruh artis dengan karya berjudul ‘Eulogy for The Living’.

“PLB juga dipercaya untuk tampil dalam upacara pembukaan yang dihadiri oleh Perdana Menteri Melaka, dan Pangeran Negeri Melaka, dengan menampilkan karya Joged Jonjang,” jelasnya.

Lebih lanjut, Lina yang merupakan Dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini menyampaikan bahwa personel yang dikirim PLB dalam Mapfest 2015 dipimpin oleh Agung Gunawan selaku kabid Pengembangan PLB, Deasylina da Ary selaku Kabid Pendidikan dan Pelatihan PLB dan tiga orang penari yakni Anes Ayu Pratiwik, Yasinta Wenda Mulasari dan Ariesta Maharani.

“Pementasan kami disambut luar biasa, banyak tanggapan positif dari penonton dan juga sesama artis pengisi, bahkan Dr. Lisa Dethridge dosen pengajar RMIT University Australia dan Pembicara dalam sesi Artist Talk Mapfest 2015 menyebut kami stars of Mapfest 2015 dalam sesi dialog yang dipimpinnya,” paparnya.

Selama ini, PLB telah mementaskan karyanya dalam acara international, seperti Indonesian dance festival, Bedog arts Festival, Arts Island Festival, namun festival-festival tersebut dilaksanakan di Indonesia, sehingga baru kali ini cita-cita PLB terjawab yakni PLB Go International.

“Terima kasih kepada Direktorat Warisan Nilai dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang telah mewujudkan cita-cita kami, semoga kesempatan ini akan terus berlanjut, sehingga nama PLB dan Pacitan semakin terdengar di mancanegara,” pungkasnya.

Sebagai informasi, PLB adalah sebuah lembaga pendidikan seni non formal yang terletak di Desa Pelem, Kecmaatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan. PLB berdiri sejak tahun 1980 dengan nama Sanggar Seni Pradapa Loka Bhakti dengan pendirinya adalah Sukarman, S.Pd, MM, seorang seniman tari Pacitan yang sangat aktif berkarya sejak umurnya masih sangat muda.

Dalam proses pembelajaran seninya, siswa-siswi bukan hanya diajak belajar tentang seni semata, akan tetapi juga yang lebih penting adalah belajar tentang karakter dan budi pekerti. Saat ini siswa PLB berjumlah 90 siswa, terbagi menjadi lima grade per kelas dengan usia antara 8-18 tahun dan masih duduk di bangku sekolah formal.

** Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini


**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6