Citizen6, Jakarta Kabar membanggakan kembali datang dari generasi muda bangsa kita. Tuah Kudratzat dan Sekarini Wening Ayu, dua siswa SMA Negeri 3 Semarang, berhasil menciptakan sebuah material yang bisa membersihkan diri dengan butiran air. Teknologi ini dinamakan “Self Cleaning Material" dari Limbah Borosilikat Glass”.
Bagaimana cara kerjanya?
Baca Juga
Ternyata, mereka terinsipirasi dari daun talas. Tetesan air apabila jatuh di atas daun talas maka akan membawa serta kotoran yang menempel di daun tersebut. Berbeda dengan air yang menetes di tembok atau kaca, akan turun mengalir begitu saja. Tuah dan Sekar kemudian mengembangkan ide tersebut dan terciptalah Self Cleaning Material ini.
Advertisement
Sekar mengaku bahwa yang melatarbelakangi pembuatan karya ilmiah ini adalah keprihatinan mereka akan banyaknya gedung di Semarang yang kotor dan tidak terawat, dan pasti butuh biaya mahal untuk membersihkannya. Mereka ingin membuat teknologi yang dapat membersihan gedung-gedung tersebut dengan mudah dan murah.
Sepertinya langkah awal Tuah dan Sekar berhasil, karena bahan dasar Self Cleaning Material adalah limbah kaca dan gelas borosilikat yang sudah tidak terpakai. Gelas borosilikat biasa ditemukan di laboratorium-laboratorium. Gelas dan kaca itu kemudian dipanaskan dengan suhu sangat tinggi hingga melebur lalu disaring hingga menjadi bubuk halus berukuran 10 mikron. Bubuk itu lalu dicampur dengan resin agar bisa menempel dengan tembok, kaca, atau material lainnya. Kreatif ya?
Karya yang luar biasa ini berhasil menjadi Pemenang Harapan Kedua dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-47 bidang Ilmu Pengetahuan Teknik yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dalam pameran di LIPI, Tuah dan Sekar menunjukkan penggunaan Self Cleaning Material dengan menyemprotkannya ke multipleks. Multipleks tersebut terbukti dapat mengasilkan butiran air beserta debu yang menempel.
Menurut Tuah, sebenarnya teknologi yang mirip seperti ini sudah ada di Amerika Serikat, Jerman dan Jepang. Namun mereka menggunakan bahan titanium oksida dan zink oksida yang relatif mahal dan terbatas kesediaannya, risetnya pun lama. “Oleh karena itu kami berinovasi mengganti bahan tersebut dengan gelas borosilikat yang murah dan mudah ditemukan,” sambung Tuah.
“Kami masih akan meriset daya tahan material ini apabila diaplikasikan di gedung tinggi, dengan variabel material dasar yang akan di-coating, cuaca, hingga kecepatan angin,” terang Sekar ketika ditanya mengenai riset ke depannya mengenai material ciptaan mereka tersebut.
LIPI sendiri sudah memberi fasilitas kepada semua finalis LKIR untuk mendaftar di HAKI untuk bisa mendapat hak paten atas karya mereka. Tuah dan Sekar berharap agar prosesnya cepat dan tidak rumit. Wah, semoga sukses selalu ya untuk Tuah dan Sekar!
Penulis:
Nadya Putri Kristiyanto
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6