Sukses

Demi Pernikahan Ibunya, Pria Ini Pilih Tak Jalani Kemoterapi

Wang Peihong yang kini berusia 25 tahun memang didiagnosis mengidap leukimia limfoblastik akut pada Juli 2014.

Citizen6, Tiongkok - Orangtua merupakan sosok paling mulia yang telah melahirkan kita ke dunia ini. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan buah hatinya, para orang tua rela mengorbankan segalanya agar sang anak bahagia. Maka tak heran jika sebagai seorang anak, kita wajib berbakti dan berbuat baik kepada orang tuanya.

Baru-baru ini kisah seorang pria asal Shandong, Tiongkok menjadi perbincangan masyarakat setempat karena telah mencarikan kebahagiaan baru untuk ibunya di tengah penyakit parah yang dialaminya. Dilansir shanghaiist.com, Kamis (3/3/2016), Wang Peihong yang kini berusia 25 tahun memang didiagnosis mengidap leukimia limfoblastik akut pada Juli 2014. Bahkan, berbagai pengobatan dan kemoterapi yang dijalaninya telah menghabiskan biaya hingga lebih dari 400 ribu RMB atau setara dengan Rp 813 juta.

dok: shanghaiist.com

Sementara ayah Peihong pada 2011 lalu meninggal dalam kecelakaan mobil. Sejak saat itu, ibu Peihong, Feng Tiacai telah menjadi orang tua tunggal yang mencari nafkah untuk keluarganya. Ibu Peihong selama ini mendapatkan uang dengan menanam sayur di kebun pribadi untuk membiayai seluruh kebutuhan keluarga juga pengobatan anaknya. Namun, ia juga menerima bantuan dari seorang kerabat bernama Wang Zhaotai.

2 dari 2 halaman

Ini yang dilakukan Peihong

Pada 7 Februari, Peihong merasa tak akan berhasil untuk melawan penyakitnya ini, meski sudah melakukan berbagai pengobatan. Ia akhirnya mempertimbangkan untuk melakukan pengobatan lanjutan, tapi ia ingin melihat ibunya bahagia terlebih dahulu.

"Jika saya berhenti kemoterapi, saya berharap bisa melakukan sesuatu untuk ibu. Saya tidak bisa meninggalkan ibu kecuali saya memastikan bahwa ia sudah menemukan kebahagiaan," ucap Peihong.

dok: shanghaiist.com

Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk berhenti melakukan kemoterapi dan memilih uang pengobatannya dialihkan untuk pernikahan ibu dan calon ayahnya. Meski awalnya ibu tak setuju dengan ide Peihong, namun akhirnya ia percaya bahwa keputusan anaknya adalah yang terbaik.

Peihong kemudian membuat sebuah kampanye penggalangan dana melalui WeChat untuk mewujudkan mimpinya dengan membahagiakan ibunya menjadi kenyataan. Para onliner pun secara sukarela membantu keinginan Peihong. Akhirnya pernikahan Feng berlangsung pada 26 Februari 2016 di desa Shouguang, provinsi Shandong, dengan dihadiri keluarga, teman dan awak media.

dok: shanghaiist.com

Sayangnya, dua hari setelah pernikahan sang ibu, pemuda itu memilih untuk meninggalkan rumah dan hanya menyisakan sebuah surat yang berbunyi:

Ibu tersayang,

Pada saat kamu membaca surat ini, saya telah meninggalkan rumah. Saya ingin bersantai sejenak, jangan mencari saya. Ketika saya melihat kamu mengenakan gaun pengantin, saya merasa sangat bahagia. Bu, kamu benar-benar seorang pengantin yang cantik.

Maaf, selama 21 tahun ini saya belum bisa melakukan apa-apa untukmu. Tapi apa yang bisa saya lakukan yakni membantu menemukan seorang pria yang baik untuk menemanimu menghabiskan sisa hidup kamu.

Bu, kamu sudah terlalu banyak mengkhawatirkan ku. Saya tidak ingin membuat masalah lagi. Saya bersyukur kamu telah mengurus saya selama 21 tahun terakhir. Terima Kasih. Saya berharap ibu dapat hidup bahagia bersamanya.

(ul)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6