Sukses

Dengan Perahu Pustaka, Ridwan Mandar Tebarkan Virus Membaca

Ridwan Mandar menggunakan sarana Becak Pustaka, Motor Pustaka, dan Perahu Pustaka untuk menebarkan virus membaca.

Liputan6.com, Jakarta Muhamad Ridwan Alimuddin (38 tahun) baru saja meluruskan kaki setelah kapal yang ia nakhodai berlabuh. Waktunya beristirahat memang hanya sejenak. Dinihari pada Rabu, 27 April, 2016, ia hendak melanjutkan perjalanan mengarungi Laut Flores, Sulawesi Tenggara. Misinya mulia, membawa buku bacaan untuk anak Bajau.

Perahunya sudah ia modifikasi sedemikian rupa hingga bisa memuat banyak buku. Iwan, demikian ia biasa dipanggil, menamainya perahu pustaka Pattingalloang. Asalnya adalah perahu tradisional ba’go. Iwan membuatnya dengan bantuan temannya seorang nelayan dari kayu tipuluh.

Sejak 23 hingga 28 April, Iwan menempuh pelayaran jauh bersama tiga pelaut. Ia mengarungi angin timur demi membawa virus literasi. Bagi Iwan, tak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat orang membaca buku.

Perahu Pustaka Pattingalloang yang sempat terbalik di perairan Tangnga-tangnga, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Niatnya muncul didasari alasan sederhana. “Di kampung saya, Desa Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kampungnya 250 kilometer jauhnya dari Makassar. Di sini buku sulit didapat, Mbak,” ujarnya ketika dihubungi Liputan6.com via telepon hari ini.

Iwan adalah alumnus jurusan kelautan Universitas Gajah Mada. Ia sempat bekerja sebagai jurnalis sebelum akhirnya memutuskan untuk serius mendokumentasikan budayanya sendiri, yakni suku Mandar. Ini adalah suku terbesar di daerahnya. Berkat kegigihannya ia mendapat julukan Ridwan Mandar.

 


Karya-karya Iwan telah mewujud dalam bentuk buku dan film. Sebagian besar bertema laut, seperti Mengapa Kita (Belum) Cinta Laut? (Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2004), Orang Mandar Orang Laut: Kebudayaan Bahari Mandar Mengarungi Gelombang Perubahan Zaman (KPG, 2005), dan Sandeq Perahu Tercepat Nusantara (Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2009).

Ridwan Mandar menerima donasi buku untuk perahu pustaka

Pada mulanya Iwan mendirikan perpustakaan yang dinamainya Nusa Pustaka di kampungnya di Desa Pambusuang. Ini sekaligus markas dan museum maritim yang juga sekretariat Armada Pustaka. Kegiatan komunitas ini mencakup Perahu Pustaka, Motor Pustaka dan Becak Pustaka. Iwan memiliki beberapa relawannya yang membantunya sehari-hari. Dari kampungnya hingga ke tempatnya menjejak saat ini sudah berjarak 100 kilometer ke arah timur.

Iwan mengaku senang karena kegiatannya berbasis Motor Pustaka dan Becak Pustaka sudah ditiru di daerah-daerah lain. Kini Perahu Pustaka pun sudah berjalan lebih dari setahun. Ketika ditanya kenapa memanfaatkan perahu untuk dijadikan perpustakaan, Iwan menjawab, “Karena saya punya misi menjaga peradaban maritim.”

Ditambah lagi pulau-pulau terpencil itu tentu tak mungkin dengan cara lain kecuali dengan perahu. Perahu pustaka pun dipercanggihnya dengan dua mesin bermotor, sehingga kecepatan laju perahu stabil.

Perahu pustaka Pattingalloang sebenarnya sanggup membawa hingga seribu buku. Namun, mempertimbangkan kebutuhan logistik lainnya, Iwan biasanya hanya membawa 500-600 buku setiap kali berlayar. “Sebab biasanya tak semuanya habis dibaca,” tuturnya.

Ekspedisi Perahu Pustaka memang menyasar anak-anak. Karena itu, ia banyak membawa buku untuk anak-anak, termasuk juga komik. Ia banyak dibantu oleh Maman Suherman yang mengumpulkan donasi untuk pembelian buku-buku tersebut.

Anak-anak senang kedatangan Perahu Pustaka. Mereka berebutan membaca.

“Biasanya begitu sampai kami gelar tikar, bikin kegiatan tanya jawab dan sebagainya agar anak-anak lebih tertarik membaca,” ucap Iwan.

Di Nusa Pustaka sendiri, Iwan mengaku sudah ada enam ribu buku dari sebelumnya hanya tiga ribu buku. Kadang-kadang di hari Minggu ia dan kawan-kawannya mengadakan kegiatan ngobrol santai. “Kalau ada teman dari Jakarta datang suka saya minta isi juga,” kata Iwan.

Apa tujuan akhir kegiatan ini? Iwan menjawab misi dia sebenarnya sederhana saja. “Saya hanya ingin anak-anak bisa membaca buku. Sebab mereka biasanya hanya tahu buku pelajaran. Di luar itu mereka tidak pernah. Bahkan komik pun mereka belum pernah baca,” Iwan menandaskan.

Suasana nikmatnya baca buku dan cari kutu

Tetap semangat Iwan!