Liputan6.com, Jakarta Sang fajar masih belum juga terbangun dari tidurnya, tetapi ibu telah dengan gigih membantu perekonomian keluarga. Ia juga tidak lupa membangunkanku untuk membantunya mengantarkan kue-kue ke berbagai tempat. Pernah dengan polosnya ketika aku masih kecil menangis sambil menenteng kue-kue karena aku merasa lelah harus mengantarkan kue-kue setiap subuh. Aku seolah menutup mata bahwa ibuku harus bangun sekitar jam dua pagi untuk berjibaku dengan mesin pengocok kue.
Baca Juga
Ia juga merupakan sosok seorang Ibu yang rela menghabiskan seluruh energinya, demi mendapatkan sesuap nasi. Menjadi tulang punggung keluarga sudah ia rasakan sebelum suami tercintanya meninggal dunia.
Bahkan kesabarannya benar-benar diuji ketika Bapakku tiba-tiba mengidap lumpuh sebelah, dan divonis oleh dokter terkena stroke. Ia dengan sabar mengurus bapakku hingga ia bisa berjalan dan sembuh total.
Advertisement
Kami sekeluarga akhirnya bersyukur karena seorang tulang punggung keluarga telah sembuh dari perjuangannya melawan stroke selama satu tahun. Namun rupanya Tuhan berkehendak lain dan ia harus pulang ke pangkuanNya setelah itu.
Kini, ibu merupakan sosok seorang pejuang tangguh bagi kedua anaknya yang masih bersekolah, masih segar teringat di pikiranku bahwa ia pernah berkata, “Sesulit apapun hidup ini jika kita terus berusaha, pasti akan ada jalan keluar menghadapi permasalahan itu.”
Penulis : Wahyu Setiawan
Politeknik Negeri Jakarta
Twitter: @Why_Setiawan
Instagram: @way_setiawan
Jadilah bagian dari Komunitas Campus CJ Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail campuscj6@gmail.com serta follow official Instagram @campuscj6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.