Sukses

Konser Teatrikal Perdana di Jakarta, Bottlesmoker Pukau Penonton

Lewat konser teatrikal perdana mereka di Jakarta, band elektro pop asal Bandung, Bottlesmoker, berhasil memukau penonton

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini, konser band elektro pop identik dengan hingar-bingar, dentum, serta dentingan botol bir. Namun bagaimana bila sebuah pertunjukan musik elektronik berkolaborasi dengan seni pertunjukan lain seperti body movement, pantomim, bahkan pembacaan puisi? Mencoba melawan arus, Bottlesmoker yang beranggotakan Angkuy dan Nobie memasukkan unsur teatrikal dalam konser musik mereka yang bertajuk Hypnagogic Journey di Jakarta, Jumat (03/06/2016).

Konser dimulai dengan dentingan nada halus. Dari sudut ruangan, seorang wanita muncul sambil membacakan puisi. Mengikuti dentuman nada yang memuncak, perempuan tersebut membacakan puisi yang mengungkapkan keterasingan dan kegelisahan. Penonton dibawa hanyut dengan diksi puisi yang gelap. Sekilas, pembukaan konser itu lebih terasa seperti musikalisasi puisi dengan iringan musik elektronik ketimbang konser biasa.

- 

Tanpa jeda, musik kedua pun mengalun. Kali ini, seorang pantomim naik ke atas pentas. Gerakannya padu mengiringi musik yang dimainkan band asal Bandung itu. Keriuhan kota tergambar dari visualisasi serta gerakan sang pantomim, dinamis dengan musik yang berdentum.

Nada-nada tak biasa terdengar dari permainan Angkuy dan Nobie. Beberapa kali, dua sahabat ini bertukar posisi atau sekadar pindah ke tempat alat musik yang letaknya di depan.

Bottlesmoker selalu membawa nuansa kebaruan dalam pertunjukan mereka, termasuk pada konser dalam rangkaian Printemps Francais 2016 kali itu. Selain menyisipkan unsur teatrikal, mereka tak segan bereksperimen dengan benda-benda di sekitar. Lihat saja saat Nobie memainkan kipas angin. Atau, siapa yang pernah berpikir dari gesekan rambut dan denyut nadi bisa menghasilkan nada lewat stetoskop?

- 

"Hypnagogic sendiri semacam waktu atau masa saat kita mau tidur. Sesaat sebelum tidur, kita berada di masa antara sadar dan tidak. Ngalindur-lah bahasa Sundanya," terang Angkuy saat ditanya tentang arti Hypnagogic sebelum konser dimulai di Institute Francais Indonesia, Jakarta, Jumat (03/06/2016).

"Kita ingin membawa pengalaman berbeda bagi penonton yang menyaksikan konser kita. Salah satunya dengan konsep pertunjukan serta musik yang dihasilkan," tambah dia.

Lebih jauh, keinginan menghasilkan musik elektronik yang tak terbatas dari software-lah yang kemudian memacu mereka mencari nada dan menciptakan alat penghasil nada tertentu. Terkait dengan konser mereka yang berbeda malam itu, Bottlesmoker menjelaskan kalau kerja sama dengan dua orang seniman itu telah dilakukan sejak lama.

"Kami kenalan sejak lama di Bandung. Karena kita diundang untuk residensi dari Printemps Francais 2013, kita mencoba berkolaborasi dengan mereka," kata Nobie.

- 

Bagi Permata sendiri, menciptakan puisi dan gerakan dari musik elektronik bukanlah perkara mudah. Namun karena baik musik dan seni lainnya berkaitan dengan rasa dan emosi, maka ia mencoba menginterpretasikan pesan yang disampaikan Bottlesmoker dalam medium berbeda. Hal ini diamini oleh Wanggi yang melakukan seni pantomim.

Walau bagaimanapun, kesuksesan sebuah konser dinilai dari kepuasan penonton bukan? Beberapa penonton tampak jemu diawal pertunjukan yang dibarengi teatrikal, tapi setelah Bottlesmoker memainkan lagu yang familiar di telinga, mereka kembali duduk tegak dengan bersemangat. Tak heran, penonton yang datang malam itu rupanya bukan hanya penggemar tapi juga mereka yang terkesan dengan penampilan Bottlesmoker sebagai band pembuka konser M83 lalu.

Terlepas dari mood yang dibuat turun-naik, Bottlesmoker berhasil menyajikan pertunjukan musik elektronik yang berbeda, berkualitas, dan mahal dengan unsur teatrikal mereka. Good job!

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Terkini