Liputan6.com, Jakarta - Menjelang pementasan teater Bunga Penutup Abad yang diprakarsai Titimangsa Foundation bekerja sama dengan Yayasan Titian Penerus Bangsa dan didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, masyarakat menunjukkan antusias yang tinggi untuk menyaksikan pertunjukan. Kurang dari 24 jam sejak penjualan dibuka, tiket pertunjukan telah habis terjual untuk pementasan pada tanggal 25 dan 26 Agustus 2016 mendatang di Gedung Kesenian Jakarta.
Baca Juga
“Kami membuka penjualan tiket sejak hari Rabu, 13 Juli 2016 dan dengan senang hati kami menyampaikan bahwa tiket pementasan di tanggal 25 dan 26 Agustus telah habis terjual di semua kelas. Melihat antusiasme dari masyarakat Indonesia terhadap pementasan kami, tentunya membuat kami para pemain ingin segera memberikan penampilan yang terbaik,” ujar Happy Salma, aktris dan juga produser teater Bunga Penutup Abad seperti dalam rilis yang diterima Liputan6.com.
Pementasan teater Bunga Penutup Abad diadaptasi dari novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa yang termasuk dalam seri novel Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Pementasan yang merupakan persembahan dalam mengenang 10 tahun meninggalnya Pramoedya ini menampilkan aktor terbaik Indonesia yaitu: Happy Salma sebagai Nyai Ontosoroh, Reza Rahadian sebagai Minke, Lukman Sardi sebagai Jean Marais dan Chelsea Islan sebagai Annelies, serta memperkenalkan aktor baru berbakat, Sabia Arifin sebagai May Marais.
Advertisement
Bunga Penutup Abad berkisah mengenai kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke setelah kepergian Annelies ke Belanda. Nyai Ontosoroh yang khawatir mengenai keberadaan Annelies, mengutus seorang pegawainya untuk menemani kemana pun Annelies pergi, bernama Robert Jan Dapperste atau Panji Darman. Kehidupan Annelies sejak berangkat dari pelabuhan Surabaya dikabarkan oleh Panji Darman melalui surat-suratnya yang dikirimkan pada Minke dan Nyai Ontosoroh.
Surat-surat itu bercap pos dari berbagai kota tempat singgahnya kapal yang ditumpangi Annelies dan Panji Darman. Minke selalu membacakan surat-surat itu pada Nyai Ontosoroh. Surat demi surat membuka sebuah pintu nostalgia antara mereka bertiga, seperti ketika pertama kali Minke berkenalan dengan Annelies dan Nyai Ontosoroh, bagaimana Nyai Ontosoroh digugat oleh anak tirinya sampai akhirnya Annelies harus dibawa pergi ke Belanda berdasarkan keputusan pengadilan putih Hindia Belanda.
Cerita berakhir beberapa saat ketika Minke mendapatkan kabar bahwa Annelies meninggal di Belanda. Minke yang dilanda kesedihan kemudian meminta ijin pada Nyai Ontosoroh untuk pergi ke Batavia melanjutkan sekolah menjadi dokter. Ke Batavia, Minke membawa serta lukisan potret Annelies yang dilukis oleh sahabatnya Jean Marais. Minke memberi nama lukisan itu, Bunga Penutup Abad.
Pementasan ini juga didukung oleh orang-orang yang berdedikasi di bidangnya yaitu Ayu Dyah Pasha, Happy Salma, Melyana Tjahyadikarta dan Musa Widyatmodjo sebagai Produser Eksekutif, Wawan Sofwan sebagai sutradara (sebelumnya telah menyutradari berbagai pementasan teater seperti Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh, Monolog Inggit, Rumah Boneka dan Subversif), Iskandar Loedin (pimpinan Artistik), Allan Sebastian (penata panggung), Deden Jalaludin Bulqini (penata multimedia), Ricky Lionardi (penata musik), Deden Siswanto (penata kostum) Ritchie Ned Hansel (desainer grafis) dan Tompi (fotografer).
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6