Liputan6.com, Jakarta - Meski Perang dunia II telah berakhir, kisah beberapa pilot pesawat tempur Jepang yang menemui ajal dalam penerbangan bunuh diri masih sering digaungkan. Mereka berangkat berperang melawan Uni Soviet meski tahu kemungkinan selamat sangat kecil.
Tetsuo Tanifuji adalah salah satu pilot pesawat tempur tersebut. Meski tahu kalau penerbangan yang dilakukan hanya memiliki kemungkinan kecil kembali dalam keadaan utuh, Tetsuo tetap setia pada negara dan pergi bertempur. Namun di penerbangan tersebut, ia memutuskan membawa istrinya, Asako, turut serta.
Advertisement
Baca Juga
Waktu itu, bom telah dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Jepang berada di ambang menyerah. Namun Uni Soviet malah mendeklarasikan perang terhadap Jepang, mencoba untuk mengambil sebagian besar tanah Jepang.
Ribuan tentara dan warga sipil Jepang sedang berusaha bangkit setelah kekalahan. Invasi oleh pasukan Soviet tersebut hanya membuat semuanya lebih kacau.
Melansir dari Warhistoryonline, Senin (22/08/2016), Kaisar Jepang Hiroto menyerah pada pasukan Sekutu. Empat hari kemudian, 10 pilot dari satuan Angkatan Udara Jepang memutuskan untuk melancarkan serangan udara pada pasukan Soviet yang mencoba masuk.
Tetsuo adalah letnan berpangkat dua dan baru berusia 22 tahun. Ia tahu, kali ini akan menjadi penerbangannya yang terakhir. Tetsuo pun menanyakan kesediaan istrinya untuk bertempur bersama, mengakhiri hidup bersama.
Asako, istri Tetsuo, tak menolak. Baginya, hidup tak berarti tanpa suaminya. Tetsuo dan istrinya pun bersama-sama naik dalam pesawat tempur Tipe 97. Berdasarkan laporan, banyak perempuan yang meniru jejak Asako tersebut.
Tetsuo dan Asako berangkat dari pangkalan udara dan tak pernah terlihat lagi. Faktanya, tak satu pun dari pesawat yang ambil bagian dalam serangan itu kembali, dan tak ada catatan yang selamat.
Pada 1957, militer Jepang menyatakan Tetsuo tewas, sedangkan pada tahun 1970 baru keluarga Asako menerima sertifikat kematiannya.
Kisah tersebut telah diangkat menjadi sebuah drama televisi di Jepang. Banyak yang berpendapat, mereka akan melakukan hal yang sama seperti Asako jika dia telah membuat keputusan untuk mati dengan suaminya.
Bagaimanapun, kisah Tetsuo dan Asako mengajarkan pada generasi muda bahwa perang akan menghancurkan segalanya.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6