Liputan6.com, Jakarta Pesatnya perkembangan tren fotografi saat ini dengan dibarengi kemajuan teknologi yang semakin canggih. Peran kamera DSLR kini sudah mulai bisa digantikan dengan munculnya berbagai jenis handphone yang memiliki kamera dengan kualitas gambar yang baik.
Baca Juga
Kemudahan mengambil gambar melalui handphone membuat masyarakat yang menyukai bidang fotografi dapat mencoba hal baru dengan hadirnya teknologi fotografi di handphone. Tidak hanya itu, kamera handphone bisa digunakan untuk mengambil gambar dengan baik, karena foto juga harus bisa berbicara.
Advertisement
Tentunya foto itu memiliki cerita yang sangat kuat di baliknya. Dan cerita momen yang ada di dalamnya akan menancap di benak semua orang, seperti seorang fotografi jurnalistik.
Lalu bagaimana dengan penggunaan kamera dengan perbedaan kualitas, apakah akan mengurangi nilai atau makna dibalik hasil fotografi? Bagaimana jika hanya menggunakan kamera handphone?
Untuk lebih menjawab pertanyaan tersebut, dalam acara Chit-Chat Streaming Forum Liputan6 bersama Oscar Matuloh dan Lucky Pransiska. Kedua maestro fotografi Indonesia berkunjung ke Studio Liputan6, lantai 16, SCTV Tower, Jakarta Selatan, untuk menjawab mengenai seputar fotografi.
Apa memotret objek itu ada teknik khususnya sehingga menghasilkan sebuah arti? Dan bagaimana kita tahu hasil foto tersebut berkualitas atau tidak?
Oscar: Pakai kamera apa saja zaman sekarang bisa, lebih cepat, lebih baik juga. Untuk memotret apa pun boleh, dibutuhkan nilai jurnalistik, agar gambar bisa bercerita, lihat subjek dan fokus yang utama.
Fokus utama itu penting, seperti seorang pelaku, misalnya: demo pelaku gak bisa dipotret ratusan orang. Kalau untuk kualitas itu urusannya lebih ke referensi, lihat image-image foto jurnalistik dan yang pasti punya keinginan belajar.
Selama jadi fotografer hal paling berkesan waktu memotret momen apa? Pernah gak nyaris celaka saat mengambil foto tertentu?
Lucky: Waktu saya foto ke Gaza. Kalau dilihat dari tingkat susahnya itu saat memotret kerusuhan dan perang. Selama saya di rumah sakit, saya tidak kena bom dan rudal, disarankan mungkin menghindari tempat-tempat yang sensitif.
Rumah sakit termasuk tempat yang aman di sana. Indonesia itu salah satu penyumbang untuk rumah sakit. Saya ingin punya pengalaman liputan di tempat konflik. Saya butuh pengalaman di situ. Saya daftarkan diri saya ke kantor untuk ditugaskan ke sana.
Oscar: Keren itu sebutan untuk profesi ini. Bahaya atau tidak ya ini profesi, misalnya pagi-pagi memotret korban, sorenya kena.
Kalau dari handphone bisa tidak menghasilkan foto yg bagus? Apa yang harus dilakukan kalau ingin foto dari handphone?
Lucky: Kita berdua kebetulan punya keinginan sama, ingin ke depannya lebih tertata. Kalau masalah kamera sekarang banyak, yang murah dan mahal. Fotografi tak hanya sekadar foto, jangan lupa foto jurnalistik bukan cuma memotret saja, etika dan konsep foto harus dipakai juga.
Untuk kepentingan ke depannya, ingin mengedukasi kepada masyarakat. Itu yang penting.
Oscar : Saling berbagi ilmu dan pengalaman saja.
Di Instagram sekarang ramai netizen upload foto seperti traveling maupun kuliner. Bagaimana Mas Oscar dan Mas Lucky menilai hal tersebut? Mereka bisa foto, tetapi belum tentu jadi fotografi.
Oscar: Mungkin kalau kita lihat sekarang dalam kacamata orang pers, pers itu harus dilakukan oleh kita, warga membuat warga, itu sudah dilihat dan memang sudah fungsi jurnalistik.
Dilengkapi dengan kaidah sepanjang yang pernah dilakukan. Saya dulu mulai dari teks baru lanjut ke foto, sekarang saya mengerjakan dua-duanya.
Lucky: Sebisa mungkin gatel kalau tidak memotret. Di luar pakem foto jurnalistik, biasanya tugas kantor sudah selesai, jadi foto jurnalistik. Kalau enak, kerja di kantor punya pakem sendiri.
Untuk pemula ada rekomendasi kamera apa yang cocok? Kalau mas berdua lebih banyak pakai kamera dan tools apa?
Oscar: Untuk pemula pakai kamera apa saja bisa. Kalau bisa jangan terlalu memaksakan. Pilihlah kamera sesuai budget dan pakai kamera tergantung kebutuhan saja.
Ketika mendapat penghargaan, apa yang dinilai dari penghargaan tersebut? Siapa saja kandidat lain selain Om Oscar?
Oscar: Rasanya dapat penghargaan, buat saya sangat berterima kasih sekali kepada mereka. Kemarin anugerahnya itu jurinya yang salah, menurut saya ada kandidat lain yang lebih pantas. Ada sejumlah kandidat dipilih satu.
Untuk profesi di bidang ini memang jadi primadona pers. Pemberitaan kacamata perusahaan adalah teks, kita memperjuangkan itu, anugerah ini untuk belasan tahun. Sama sekali tidak ada bantuan dari pemerintah, kita harus jalani. Ada satu lembaga fotografi di luar dalam anugerah foto. Lihatnya dari sepak terjang dan karyanya.
Simak perbincangan dalam acara Chit-Chat Streaming Forum Liputan6 bersama Oscar Matuloh dan Lucky Pransiska melalui tayangan video di bawah ini:
Penulis : Estrin Vanadianti Lestari (Universitas Pancasila)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.
Â
Â