Sukses

Aktif di Media Sosial Dapat Picu Depresi, Apa Iya?

Tak hanya menjadi sarana berinteraksi, media sosial juga menjadi pemicu depresi.

Liputan6.com, Jakarta Tak hanya menjadi sarana untuk berinteraksi, media sosial dituding sebagai pemicu depresi. Perbedaan pendapat dengan teman di media sosial, pertengkaran karena kesalahpahaman, hingga bully melalui media sosial terbukti bisa meningkatkan risiko depresi. Bahkan, pertemanan dengan akun yang tidak dikenal di Facebook, memberikan andil meningkatkan depresi.

"Menurut pendapat saya, berinteraksi di media sosial menjadi penting. Namun, interaksi melalui media sosial terbukti berdampak bagi seseorang," kata Samantha Rosentha, peneliti epidemiologi dari Brown University's School of Public Health, Rhode Island, Amerika Serikat. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor yang terkait di tingkat populasi.

Dikutip dari laman Brown University, sebuah studi baru yang dilakukan tim peneliti menemukan bahwa pengalaman negatif di Facebook dapat meningkatkan risiko gejala depresi, khususnya bagi pengguna remaja.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Adolescent Health menunjukkan, interaksi sosial online memiliki konsekuensi penting bagi kesehatan mental.

Stephen Buka, Guru Besar Epidemiologi dari Brown University's School of Public Health juga mengungkapkan penelitian ini melibatkan partisipan yang mengalami masa remaja pada tahun 2002, sebelum media Facebook muncul. Simak kelanjutan artikel dengan mengeklik tautan berikut ini.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya yang sedang populer: Ini Alasan Bule di Inggris Gemar Makan Tempe. Yuk, berbagi di Forum Liputan6.